Rabu 21 Sep 2022 05:00 WIB

Dokter Gizi: Sesuaikan Menu Sarapan dengan Jenis Aktivitas

Tidak semua orang aman untuk melewatkan sarapan.

Nasi goreng (Ilustrasi). Dokter ahli gizi merekomendasikan untuk menyesuaikan menu sarapan dengan aktivitas.
Foto: www.freepik.com.
Nasi goreng (Ilustrasi). Dokter ahli gizi merekomendasikan untuk menyesuaikan menu sarapan dengan aktivitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi klinis Christopher Andrian menyerukan agar masyarakat menyesuaikan menu sarapan dengan aktivitas harian. Sebab,kebutuhan nutrisi setiap orang berbeda-beda.

"Tergantung, habis sarapan itu kita mau ngapain? Kalau habis sarapan terus tidur lagi kira-kira penting nggak?," kata dr Christopher, dikutip Rabu (21/9/2022).

Baca Juga

Menurut dr Christopher, sarapan dalam bahasa Inggris disebut "breakfast". Sarapan berarti "break fasting" alias buka puasa.

"Sebab kita sudah puasa selama tidur," jelas dr Christopher.

Kini, salah satu jenis diet yang cukup banyak dilakukan adalah intermittent fasting. Pola diet ini dilakukan dengan cara menentukan jadwal makanan di jam-jam tertentu.

Menurut dr Christopher, pola diet ini juga dapat membantu menurunkan berat badan. Biasanya, pelaku diet intermiten merapel jam makannya pada jam tertentu, misalnya dari pukul 12 siang sampai jam 5 sore.

"Ini ada plus-minusnya sebetulnya. Karena kalau misalnya kita kasih detail seperti itu berarti dia cuma punya waktu makan itu pendek. Mau makan apa saja bebas yang penting dari pukul 12 sampai jam 5," papar dr Christopher.

Secara tidak langsung, pelaku diet intermiten mengurangi total impact hariannya. Bisa turunkan berat badan?

"Ya bisa-bisa saja karena dia nggak sarapan. Itu berarti dia mengurangi impact kalori hariannya. Tapi tergantung makanannya apa. Balik lagi sama kebiasaan," kata dr Christopher.

Namun, dr Christopher juga menegaskan agar masyarakat waspada dalam menjalankan program diet tersebut. Sebab, di kondisi kesehatan tertentu, sarapan sangatlah penting, misalnya pada penderita maag atau pengidap diabetes.

Dr Christopher mengingatkan sebelum memilih jenis diet, cobalah untuk mengenali diri sendiri lebih dulu. Dengan demikian, diet pun akan lebih efektif dan lebih sehat.

"Kalau ditanya sarapan apa nggak? Kalau diabetes, lebih baik sarapan supaya gula darahnya lebih stabil. Supaya lambung kerjanya nggak berat. Makanya pentingnya sarapan untuk itu. Apalagi kalau yang aktivitasnya tinggi," ujar dr Christopher.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement