REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi rap Eminem membuka diri terkait perjuangannya dengan kecanduan narkoba di awal kariernya. Em, julukan Eminem, menjelaskan bahwa narkoba benar-benar menjadi bagian dari hidupnya setelah merilis album 1999, The Slim Shady LP.
Em dan teman-temannya melakukan perjalanan reguler dari Los Angeles ke Tijuana, Meksiko, untuk membeli pil seperti Vicodin.
“Saya tidak pernah berpikir punya masalah. Saya hanya sangat, sangat menyukai narkoba. Saat saya mulai menghasilkan sedikit uang, saya bisa membeli lebih banyak lagi,” kata Em dalam wawancara dengan XXL Magazine dilansir Rolling Stone, Rabu (21/9/2022).
Ketika ketenarannya terus meroket, dan obat-obatan menjadi lebih banyak, Eminem mengatakan, dia mulai menyadari sedang berjuang melawan kecanduan. Kemudian, kondisi menjadi buruk antara masa album The Marshall Mathers LP 2000 dan The Eminem Show 2002, ketika dia meminum campuran Vicodin, Valium, dan alkohol.
Pada satu titik, Em bahkan menambahkan alat bantu tidur Ambien. Em mengatakan, satu momen di mana kecanduannya menyebar ke publik terjadi saat tampil di acara BET's 106 dan Park dengan 50 Cent dan G-Unit.
“Salah satu tuan rumah sedang berbicara kepada saya dan saya tidak mengerti sepatah kata pun yang mereka katakan. 50 Cent harus menutupi saya dan menjawab setiap pertanyaan. Saat itulah semua orang di sekitar saya tahu, 'Dia kacau. Ada yang salah dengannya’,” kata Em.
Kemudian, setelah kematian temannya sesama rapper, Proof, pada 2006, Eminem mengatakan bahwa kecanduannya telah melewati batas. Em bisa menghubungi 10 pengedar narkoba pada satu waktu dan mengonsumsi 75 hingga 80 Valium semalam. Beberapa bulan setelah kematian Proof, dia ingat pergi ke kamar mandi, jatuh, dan tidak bisa bicara.
Pada 2007, Eminem mengalami overdosis metadon. Namun, dia akhirnya sadar satu tahun setelahnya. Em tidak membahas detail cara dia pulih, tetapi Em tak percaya sudah melewati masa-masa suramnya itu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
