Jumat 16 Sep 2022 07:14 WIB

Kasus Infeksi Enterovirus D68 Kian Banyak di AS, Anak Bisa Lumpuh Seperti Kena Polio

Infeksi enterovirus D68 dapat berkembang menjadi kondisi neurologis yang melumpuhkan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Anak sakit (ilustrasi). Infeksi enterovirus D68 (EV-D68) sulit dibedakan dengan gejala virus pernapasan lainnya.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi virus yang dikenal sebagai enterovirus D68 (EV-D68) telah memicu kekhawatiran terhadap kesehatan anak-anak di Amerika Serikat (AS). Sebab, dalam beberapa kasus, virus yang biasanya menyebabkan pilek ringan selama sekitar sepekan tersebut berkembang menjadi kondisi neurologis lain yang lebih berbahaya, yakni acute flaccid myelitis (AFM).

Kondisi tersebut memengaruhi sumsum tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan seperti polio, di mana sebagian besar anak tidak pernah pulih sepenuhnya. Penderitanya akan kesulitan menggerakkan lengannya, sementara sebagian lain bahkan sampai tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya.

Baca Juga

Pada wabah 2014 di Amerika Serikat, 10 persen penderita mengalami AFM. Bahkan, beberapa anak di AS dilaporkan meninggal setelah mengembangkan penyakit saraf tersebut.

Virus EV-D68 ini sangat menular. Virus paling sering menyebar ketika orang yang terinfeksi bersin, mengeluarkan droplet lewat batuk dan lainnya.

Para ahli telah mengeluarkan peringatan kepada petugas medis untuk waspada terhadap gejala infeksi virus ketika kasus terus meningkat di AS. Ini menjadi insiden kali pertama sejak 2018.

Di AS, infeksi EV-D68 pernah mewabah pada 2014, 2016, dan 2018.

Pola dua tahunan itu kemungkinan besar tercipta karena anak-anak mengembangkan kekebalan terhadap enterovirus ketika virus itu menyebar hingga membuat tahun berikutnya tidak ada wabah berkat kekebalan populasi yang lebih tinggi.

Setelah kekebalan berkurang, jumlah kasus meningkat lagi. Kasus tidak terjadi pada 2020 mengingat pandemi Covid-19 melanda dan protokol kesehatan untuk mencegah infeksi virus penapasan diterapkan secara luas.

Pada tahun ini, jumlah kasusnya lebih banyak daripada total kasus dari tiga kali wabah terdahulu. Ada 84 kasus infeksi EV-D68 dari Maret hingga 4 Agustus 2022.

Sebagai perbandingan, CDC mengidentifikasi enam kasus seperti itu pada 2019, 30 pada 2020, dan 16 pada 2021. Namun, jumlah kasus sebenarnya kemungkinan lebih besar karena banyak yang tidak terdeteksi.

Pada 2 September, 13 kasus AFM telah dikonfirmasi tahun ini di AS. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan sedang menyelidiki 20 kasus lainnya.

Ahli saraf di UT Southwestern Medical Center AS dr Benjamin Greenberg mengatakan kepada NBC News bahwa kasus kemungkinan besar masih akan meningkat lagi karena anak-anak kembali ke sekolah dan ruang publik lainnya.

"Kita punya sekelompok anak yang belum pernah terpapar virus karena mereka tidak pergi ke sekolah. Jadi menurut kami populasi tersebut berisiko lebih besar sekarang," kata Greenberg, seperti dilansir laman The Sun, Kamis (15/9/2022).

Greenberg mengungkap bahwa sulit untuk membedakan gejala EV-D68 dari gejala virus pernapasan lainnya. Sama seperti flu biasa, EV-D68 dapat menyebabkan pilek, bersin, nyeri tubuh, atau nyeri otot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement