REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karena gejalanya yang tak begitu mengganggu, ada cukup banyak orang yang tak sadar bahwa mereka hidup dengan diabetes tipe 2. Salah satu cara mudah untuk mewaspadai penyakit ini adalah dengan memperhatikan kondisi tangan.

Sekilas, mewaspadai gejala diabetes tipe 2 pada tangan mungkin terdengar cukup aneh. Akan tetapi, tangan sebenarnya bisa menjadi indikator kunci dalam mendiagnosis diabetes tipe 2.

Menurut ahli, beberapa gejala diabetes tipe 2 bisa muncul di area tangan, khususnya kuku jari tangan. Salah satu gejala tersebut adalah kemerahan di area sekitar kuku.

Mengacu pada sebuah studi, masalah peredaran darah cukup umum dialami oleh penyandang diabetes. Masalah peredaran darah inilah yang kemudian memunculkan warna kemerahan di sekitar kuku.

"Dengan tidak adanya sirkulasi darah, kuku akan mati seperti jaringan lainnya," jelas tim peneliti, seperti dilansir The Sun, Selasa (13/9/2022).

Tim peneliti menambahkan, penyandang diabetes bisa mengalami beberapa masalah lain pada kuku seperti lepuh, perdarahan, atau ulserasi. Bahkan pada sebagian orang, mereka bisa mengalami splinter haemorrhages bila sebelumnya telah terjadi emboli arteri.

Gejala lain pada kuku yang bisa berkaitan dengan diabetes tipe 2 adalah garis Beau. Garis Beau merupakan lekukan yang muncul melintang di sepanjang kuku. Garis Beau kerap dialami oleh pasien penyakit kronis, termasuk diabetes.

Selain di kuku jari tangan, orang-orang juga perlu mewaspadai kondisi kuku jari kaki. Hal ini penting untuk diperhatikan karena pengidap diabetes biasanya lebih rentan mengalami infeksi jamur bernama onychomycosis. Infeksi jamur ini bisa membuat kuku jari menjadi kuning dan rapuh.

Gejala lainnya

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh mengalami resistensi terhadap insulin. Dari seluruh kasus diabetes yang ada di dunia, sekitar 90 persennya merupakan diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 juga bisa dikenali melalui beberapa gejala lain. Salah satunya adalah frekuensi berkemih yang lebih sering, khususnya di malam hari. Peningkatan frekuensi berkemih ini terjadi karena ada terlalu banyak gula di dalam darah, sehingga ginjal bekerja lebih kuat untuk membuang kelebihan gula tersebut. Hal ini yang memaksa tubuh untuk menghasilkan lebih banyak urin.

Ikuti Whatsapp Channel Republika