REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sakit kepala bisa dibagi ke dalam dua kategori besar, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Di era teknologi ini, para ahli neurologi mulai menemukan kasus-kasus sakit kepala primer yang disertai dengan disfungsi vestibular-ocular atau dikenal dengan istilah cybersickness atau mabuk siber.
Menurut ahli neurologi Shae Datta, cybersickness merupakan sejenis kondisi mabuk yang dialami oleh orang-orang yang menggunakan layar elektronik atau perangkat realitas virtual (VR). Cybersickness biasanya terjadi ketika seseorang terlalu banyak terpapar oleh kedua hal tersebut.
Gejala cybersickness bisa terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu mual, masalah okulomotor, dan disorientasi umum. Menurut Datta, ada lima tanda yang dapat menunjukkan bahwa penggunaan gawai atau perangkat VR telah membuat seseorang mengalami cybersickness. Berikut ini adalah kelima tanda tersebut, seperti dilansir Eat This.
Ketegangan Berlebih pada Mata
Paparan layar elektronik bisa meningkatkan ketegangan pada mata. Kombinasi ketegangan pada mata dan juga paparan cahaya biru dapat membuat orang yang mengalami cybersickness merasakan perburkan sakit kepala. Untuk menghindari situasi ini, orang-orang disarankan mengambil jeda dari paparan layar elektronik secara berkala.
Bila rasa sakit kepala yang muncul masih ringan, penggunaan obat bebas pereda nyeri bisa membantu. Namun jika sakit kepala tak kunjung reda, sebaiknya konsultasikan masalah tersebut dengan dokter.