REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open menemukan bahwa masa inkubasi menjadi relatif lebih cepat seiring dengan kemunculan varian baru. Omicron yang saat ini merupakan varian dominan memiliki waktu terpendek antara infeksi dan kemunculan gejala.
Para peneliti menganalisis 141 penelitian untuk menentukan bagaimana masa inkubasi SARS-CoV-2 saat seseorang terinfeksi hingga mulai menunjukkan gejala Covid-19 telah berubah sejak Maret 2020. Masa inkubasi Covid-19 yang disebabkan oleh varian alpha, beta, delta, dan omicron berturut-turut adalah 5; 4,50; 4,41; dan 3,42 hari.
Perlu dicatat bahwa studi yang dianalisis sebagian besar mengandalkan orang yang mengingat tanggal infeksi mereka dan tanggal gejala dimulai. Jadi kemungkinan ada ruang kesalahan jika peserta studi salah mengingat.
Bagaimanapun, studi ini bisa menjadi acuan awal dalam melihat bahwa masa inkubasi yang lebih pendek berarti Covid-19 dapat menyebar lebih mudah. Direktur tim respons kesehatan masyarakat di University of California di AS, David Souleles, mengatakan bahwa ketika gejala lebih cepat muncul artinya lebih banyak virus yang beredar di sistem tubuh. Hal ini juga membuat pasien lebih mungkin menyebarkan itu ke orang lain.
"Gejalanya, begitu batuk dan bersin, mempercepat kemampuan virus berpindah dari orang ke orang," kata Souleles, seperti dilansir Huffington Post, Rabu (31/8/2022).
Namun, karena tidak ada lagi jeda 7 hingga 10 hari antara infeksi dan gejala, virus berkembang lebih cepat dan tidak harus berada di dalam tubuh seseorang selama beberapa hari sebelum menginfeksi orang lain. Pada varian sebelumnya, ada jeda waktu yang lebih lama ketika virus menumpuk di sistem tetapi tidak dapat menular ke orang lain.
"Jadi, katakanlah misalnya Anda makan malam dengan teman di hari Sabtu, dan pada Ahadnya dia bilang positif Covid. Jika Anda terinfeksi, kemungkinan gejala akan muncul cukup cepat, mungkin pada Selasa atau Rabu," kata dia.