Ahli neuropsikologi dari Cleveland Clinic, Prof Kamani Krishnan, juga memiliki pendapatnya sendiri. Menurut Prof Krishnan, keluhan brain fog kemungkinan disebabkan oleh badai sitokin yang terjadi ketika orang tersebut sakit Covid-19.
Saat infeksi terjadi, seperti dalam kasus Covid-19, tubuh akan "membanjiri" aliran darah dengan protein inflamasi yang dikenal sebagai sitokin. Sitokin ini diproduksi untuk menarget virus SARS-CoV-2 yang menyerang tubuh.
Sisi merugikannya, kondisi ini bisa meningkatkan respons sistem imun berlebih yang kemudian menyebabkan peradangan lebih lanjut pada organ-organ tubuh, salah satunya otak.
Cukup sering dikeluhkan
Disfungsi kognitif pasca Covid-19 diperkirakan terjadi pada 22-32 persen kasus infeksi. Menurut Tan, faktor lain seperti usia dan jenis kelamin tampak tidak memengaruhi risiko seorang penyintas Covid-19 untuk terkena brain fog.
Berdasarkan sebuah studi yang menggunakan data dari 56 negara, sebanyak 31 persen penyintas Covid-19 mengalami brain fog pada pekan pertama setelah gejala Covid-19 muncul. Sedangkan kemunculan brain fog dalam tiga bulan pertama setelah terkena Covid-19 adalah hampir 67 persen. Pada bulan ketujuh setelah terkena Covid-19, keluhan brain fog mencapai 55 persen.
"Orang-orang yang dirawat di ICU atau membutuhkan pengobatan karena sakit berat (akibat Covid-19) cenderung lebih banyak mengalami brain fog," jelas Prof Krishnan.