REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan mandi tertentu bisa menjadi pencetus serangan jantung. Serangan jantung yang dikaitkan dengan komorbiditas seperti kolesterol tinggi dan hipertensi merupakan penghentian aliran darah ke jantung secara tiba-tiba dan dapat membahayakan organ oksigen, meskipun seseorang masih sadar dan bernapas.
Banyak pasien serangan jantung melaporkan nyeri dada dan sesak napas menjelang terjadi serangan. Menurut para ahli, paparan semburan air tiba-tiba bisa berbahaya bagi individu dengan penyakit jantung.
Harvard Health menjelaskan, serangan jantung terjadi ketika salah satu arteri koroner jantung tersumbat secara tiba-tiba atau aliran darahnya sangat lambat. Serangan jantung juga disebut infark miokard.
Penyebab penyumbatan mendadak di arteri koroner adalah pembentukan bekuan darah. Ada laporan bahwa mandi air dingin mungkin memiliki efek negatif pada orang dengan penyakit jantung karena dapat memicu serangan jantung atau ketidakteraturan irama jantung.
Keterkejutan yang dialami tubuh ketika terpapar air dingin menyebabkan pembuluh darah di kulit berkontraksi, meningkatkan resistensi aliran darah di dalam tubuh. Akibatnya, detak jantung juga meningkat hingga membuat jantung lebih sulit untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Kondisi itu membuat tekanan di dalam pembuluh darah kemungkinan akan naik. Air dingin dapat memicu serangan jantung, bahkan pada orang yang relatif muda dan sehat.
The American Heart Association mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa mandi air dingin selama cuaca panas dapat menyebabkan serangan jantung, bahkan pada individu muda, bugar, dan sehat. Temuan dijelaskan dalam sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal Physiology.
Hasilnya memaparkan bahwa berendam di air dingin secara tiba-tiba berbahaya bagi tubuh. Para peneliti The American Heart Association menjelaskan, respons tubuh terhadap paparan dingin mendadak mempercepat jantung dan menyebabkan hiperventilasi.
"Ini bertentangan dengan respons menyelam, efeknya bertolak belakang karena bertindak untuk menghemat oksigen," kata para peneliti The American Heart Association.