REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi Ardhito Pramono keluar dari zona nyamannya, dengan merilis album penuh perdananya dengan menggunakan lirik berbahasa Indonesia. Bertajuk Wijayakusuma, Ardhito mengaku bahwa lagu berbahasa asing memberi dampak buruk.
“Gue melihat banyak sekali dampak kurang baik dari karya gue selama ini yang menggunakan Bahasa Inggris,” ujar Ardhito dalam konferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Contoh dampak buruknya adalah, teman-teman musisi baru banyak yang akhirnya ikut memilih menggunakan Bahasa Inggris dalam karyanya. Ardhito ingin semua musisi muda yang terinspirasi olehnya, juga harus bangga menyuguhkan Bahasa Indonesia.
“Gue tidak ingin bahasa kita lenyap digantikan oleh bahasa asing dalam sebuah pengkaryaan,” kata pelantun “I Just Couldn’t Save You Tonight” itu. Demi mewujudkan itu, Ardhito dibantu oleh Narpati Awangga alias Oomleo dalam penulisan lirik.
Repertoar musik miliknya biasanya berada di seputaran pop/jazz dengan lirik Bahasa Inggris. Karakter musik itu juga dia tunjukkan lewat beberapa soundtrack film, single, hingga kolaborasi.
Namun lewat delapan lagu dalam album Wijayakusuma, Ardhito memberikan sesuatu berbeda seperti sentuhan Pop 1970-an hingga musik orkestra. Agar lebih mendalami feelnya, gaya berpakaian Ardhito pun juga diatur dalam beberapa video klip yang akan segera diproduksi.
“Ada beberapa lagu yang memang mau kita jadikan video klip, pengennya sih semua lagu. Karena double, gue juga directing, gue juga punya beberapa visual yang ada di kepala, dan itu possible buat bisa kita produksi di bulan ini,” papar Ardhito.
Beberapa lagu dalam album ini adalah “Wijayakusuma”, “Berdikari”, “Rasa-Rasanya”, “Daun Surgawi”, dan “Asmara”. Ini menjadi karya keenamnya setelah lima album pendek sebelumnya.