REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dapat berdampak pada siklus menstruasi. Para peneliti menemukan bahwa perubahan ini terkait dengan semua jenis vaksin Covid-19.
Terlepas dari temuan tersebut, para ahli tetap merekomendasikan orang yang sedang menstruasi untuk divaksinasi. Apalagi, data menunjukan bahwa perubahan itu bersifat sementara dan sebentar, tanpa konsekuensi jangka panjang.
"Manfaat divaksinasi jauh lebih besar daripada risiko mengalami perubahan siklus haid yang sebentar saja," kata pakar kesehatan reproduksi Jennifer Wider MD.
Secara khusus, para profesional medis kini telah mengidentifikasi hubungan potensial antara vaksinasi dan perubahan jangka pendek dalam jumlah hari dan keteraturan siklus menstruasi. Studi yang terbesar hingga saat ini tersebut diterbitkan pekan lalu oleh para peneliti dari University of Illinois, Urbana-Champaign, di Amerika Serikat.
Temuannya telah menimbulkan beberapa pertanyaan bagi orang yang sedang menstruasi. Awal 2021, banyak orang mulai menceritakan bahwa mereka mengalami pendarahan menstruasi yang tidak terduga setelah menerima vaksin awal.
Untuk memeriksa fenomena ini lebih lanjut, para peneliti meminta 39.129 perempuan yang menerima vaksinasi SARS-CoV-2 dua dosis menjawab serangkaian pertanyaan tentang perubahan periode dan pengalaman vaksin. Dalam sampel ini, 42 persen orang dengan siklus menstruasi teratur mengatakan bahwa mereka mengalami pendarahan lebih banyak dari biasanya setelah divaksinasi.
Sementara itu, 44 persen melaporkan tidak ada perubahan. Di antara responden yang biasanya tidak menstruasi, 71 persen orang yang menggunakan kontrasepsi reversibel jangka panjang, 39 persen orang yang menggunakan hormon penegasan gender. Selan itu, 66 persen orang pasca menopause melaporkan perdarahan di luar siklus.
"Vaksin tidak mempengaruhi kesuburan Anda sama sekali," kata peneliti, seperti dikutip dari laman Prevention, Jumat (22/7/2022).
Para peneliti juga menemukan bahwa makin derasnya darah haid dan perdarahan di luar siklus setelah vaksinasi secara signifikan terkait dengan perempuan dengan usia yang lebih tua, efek samping vaksin sistemik dari vaksinasi (demam dan/atau kelelahan), darah menstruasi yang lebih sedikit, pernah hamil atau melahirkan, dan terkait etnis, khususnya Hispanik, Latin.
Untuk perempuan pramenopause yang tidak menstruasi, perdarahan di luar siklus menstruasi lebih mungkin terjadi jika mereka sebelumnya pernah hamil dan atau melahirkan. Untuk orang pascamenopause, keluarnya darah di luar siklus haid lebih mungkin terjadi pada mereka yang Hispanik, Latin.
Terakhir, orang yang menstruasi secara teratur dengan endometriosis, menoragia, fibroid, dan sindrom ovarium polikistik sedikit lebih mungkin mengalami pendarahan yang lebih berat. Pada akhirnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden dalam sampel yang menstruasi secara teratur memiliki kemungkinan yang sama untuk tidak mengalami perubahan perdarahan setelah vaksinasi sama sekali atau mengalami menstruasi yang lebih berat setelah vaksinasi.