Jumat 22 Jul 2022 01:23 WIB

Yuk, Kenali Minat dan Bakat Anak dari Caranya Bermain

Anak bisa bermain bebas atau bermain peran untuk mengekspresikan diri.

Anak-anak memanfaatkan area bermain khusus di Taman Cerdas Soekarno-Hatta Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (11/7/2022). Taman Cerdas Soekarno-Hatta kini menjadi salah satu taman hiburan sarat dengan fasilitas edukasi yang bisa diakses secara gratis di Surakarta. Ruang terbuka  ini akan ramai dikunjungi pada akhir pekan oleh anak-anak.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Anak-anak memanfaatkan area bermain khusus di Taman Cerdas Soekarno-Hatta Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (11/7/2022). Taman Cerdas Soekarno-Hatta kini menjadi salah satu taman hiburan sarat dengan fasilitas edukasi yang bisa diakses secara gratis di Surakarta. Ruang terbuka ini akan ramai dikunjungi pada akhir pekan oleh anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orangtua pasti ingin mendukung minat dan bakat buah hatinya agar berkembang secara optimal. Salah satu cara untuk mengetahui minat anak adalah dengan mengamati buah hati saat bermain leluasa sesuka hati tanpa aturan saklek.

"Kalau dikaitkan dengan passion dan bakat, paling mudah digali dari bermain dibandingkan dengan cara mengobrol, terutama saat anak masih kecil," kata psikolog Putu Andani di acara bincang-bincang.

Baca Juga

Sesi bermain yang efektif dapat mendorong imajinasi dan kreativitas, mendorong perkembangan sosial dan emosional. Bermain juga bisa meningkatkan kemampuan berbahasa dan komunikasi, mengembangkan kemampuan berpikir, belajar, memecahkan masalah, dan dapat meningkatkan perkembangan fisik.

Ketika anak bermain dan merasa aman serta nyaman, mereka bisa menyalurkan berbagai emosi. Begitu juga ide yang ada di dalam kepalanya.

Kreativitas mereka akan mengalir bebas, terutama bila orangtua menerapkan free play, yakni konsep bermain di mana anak yang memegang kontrol. Orangtua harus menahan diri untuk tidak memberikan arahan atau instruksi.

Sebagai contoh, anak memilih untuk merakit sebuah mobil. Tahan diri untuk berkomentar ketika melihat anak membuat mobil hanya dengan tiga roda, bukan empat seperti mobil pada umumnya. Tunggu dan amati apa ide yang sedang tersalur dari kepalanya.

Bila idenya disanggah, dikhawatirkan gagasan yang sudah dipikirkan anak jadi menguap. Dengan melihat bagaimana anak bermain kala dibebaskan, orangtua bisa belajar memahami ke mana arah minat dan bakat sang buah hati.

Free play sebaiknya dijadwalkan setiap hari, setidaknya 20-30 menit per hari. Carilah waktu yang tepat ketika orangtua sudah lebih leluasa untuk mencurahkan perhatian untuk anak, saat beban pekerjaan lainnya sudah terasa ringan.

Bila tak sempat setiap hari, orangtua bisa memulainya dengan jadwal beberapa kali dalam sepekan. Jika memungkinkan, orangtua betul-betul fokus berinteraksi dengan anak, jauhkan dulu gawai meski tujuannya ingin mengabadikan momen.

"Free play itu special time, biar anak memahami ini special time mereka, spesial ya pusatnya mereka. Kalau begitu, gadget tak boleh jadi pusat perhatian kita. Konten bisa di waktu lain, saat special time gadget off dulu," ujar dia.

Selain free play, role play alias bermain peran seperti dengan boneka juga salah satu jenis permainan yang penting untuk mendukung tumbuh kembang anak. Lewat bermain peran, anak bisa mengekspresikan emosi yang ada, termasuk mencoba peran yang selama ini tak pernah bisa ia rasakan.

Dalam kehidupan sehari-hari, anak kerap harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh orangtua. Ketika bermain peran, anak bisa mencoba jadi sosok yang berbeda. Misalnya menjadi guru, sementara orangtua berakting sebagai murid.

"Menurut penelitian, anak yang sering terpapar imaginative play menunjukkan regulasi emosi lebih baik dan ekspresi kemarahan menurun. Bermain imajinatif baik sekali untuk perkembangan fisik, emosi, kesehatan mental," jelas dia.

Hal lain yang tak kalah penting adalah kedua orangtua harus menyempatkan waktu untuk bermain bersama anak, baik bersama-sama atau masing-masing. Baik ayah maupun ibu harus punya waktu khusus bersama anaknya.

"Karena mungkin ada hal-hal yang ingin anak sampaikan ke salah satu saja," katanya.

Dengan melewatkan waktu khusus bersama ayah atau ibu, anak bisa belajar mengenai sisi maskulin dan feminin manusia yang nantinya akan berpengaruh terhadap diri anak."Anak tetap butuh pengaruh dari kedua belah pihak, anak perempuan belajar dari ayahnya, anak laki-laki juga penting belajar dari ibunya. Banyak skill yang perlu ditularkan, termasuk memasak yang bukan skill feminin, melainkan life skill."

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement