REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit afasia yang diderita Bruce Willis membuatnya harus hengkang dari dunia akting sejak akhir Maret lalu. Kondisi yang terkait dengan kerusakan otak ini membuat kemampuan komunikasi sang aktor terganggu. Rupanya, gejala awal afasia sudah dialami Willis sejak beberapa tahun sebelumnya.
Hal ini diungkap oleh sumber yang pernah satu produksi di film M Night Shyamalan pada 2017. Sumber itu mengatakan bahwa Willis pernah datang ke lokasi syuting dalam keadaan tampak bingung dan butuh waktu untuk mempelajari dialognya.
"Pada saat itu, sepertinya dia sedikit aneh. Kami pikir itu karena faktor usia yang menua atau sedang mabuk, sehingga dia seperti sulit fokus dan kebingungan," kata sumber tersebut, seperti dilansir laman Express, Ahad (17/7/2022).
Sumber kemudian mengatakan bahwa dirinya tak memiliki prasangka apapun terhadap perilaku Willis pada saat itu. Setelah aktor Die Hard itu didiagnosis afasia, kejadian yang terjadi pada 2017 lalu diyakini berkaitan.
"Sebagai refleksi, Bruce mungkin telah berjuang dengan semua ini saat itu," jelas dia.
Dalam contoh lain, pada pertemuan praproduksi untuk film White Elephant (2021), sutradara Jesse V Johnson juga melihat sesuatu yang berbeda dengan Willis. Ketika itu, Willis tampak tak sama seperti yang dia kenal beberapa tahun sebelumnya.
"Jelas bahwa dia bukan Bruce yang saya kenal. Kami senang melihat dia di lokasi syuting, tapi entah kenapa kami merasa akan lebih baik jika menyelesaikan syuting saat makan siang dan membiarkannya pulang lebih awal," kata Johnson.
Dua orang kru film juga mengaku pernah mendengar pertanyaan aneh dari Willis. Kala itu, Willis bingung mengapa dirinya ada di lokasi syuting.
"Saya tahu mengapa kalian di sini, tapi kenapa saya di sini?" demikian kata Willis, menurut para kru.
Klaim tersebut bisa menjadi petunjuk bahwa gejala penyakit afasia bisa dimulai bertahun-tahun sebelum diagnosis resmi. American Speech Language Hearing Association (ASHA) menjelaskan, tanda-tanda pertama afasia yang muncul dapat berupa kurangnya pemahaman tentang apa yang dikatakan orang lain, kesulitan memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan, dan kesulitan menggunakan komputer atau membaca buku.
Layanan kesehatan nasional Inggris (NHS) juga mencatat bahwa masalah berbicara mungkin menjadi gejala yang paling jelas, dan orang dengan afasia mungkin membuat kesalahan dengan kata-kata yang mereka gunakan. Ini kadang-kadang bisa menggunakan bunyi yang salah dalam sebuah kata, memilih kosakata yang salah, atau salah merangkai kata.
Afasia sering diklasifikasikan sebagai ekspresif atau reseptif, tergantung pada apakah ada kesulitan dalam memahami atau mengekspresikan bahasa, atau keduanya. Bagi sebagian orang, mereka tetap tidak menyadari bahwa ucapan mereka tidak masuk akal, yang menyebabkan mereka menjadi frustasi ketika orang lain tidak memahaminya.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mencurigai mereka menderita afasia, segeralah mencari bantuan medis agar mereka dapat menjalani sejumlah tes. Dokter akan menentukan kemungkinan adanya penyebab medis untuk masalah tersebut.