REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan fermentasi telah jadi primadona karena dianggap punya banyak manfaat bagi usus. Fermentasi terbukti mendiversifikasi mikrobioma usus, meningkatkan pencernaan, dan menurunkan peradangan.
Sebut saja makanan fermentasi favorit seperti kimchi, kombucha, dan kefir. Namun mengingat sifat asam dan kekuatan probiotik dari pahlawan ramah usus ini, orang mungkin bertanya-tanya apakah semuanya baik dan amankah makanan fermentasi dikonsumsi saat perut kosong?
Sarah Greenfield, RD, CSSD, Ahli Diet Obat Fungsional yang berspesialisasi dalam kesehatan usus mencoba menjawabnya. Berikut penjelasan Greenfield, seperti dikutip dari laman Well and Good, Jumat (8/7/2022).
Apakah aman makan fermentasi saat perut kosong?
Singkatnya itu tergantung. Secara umum, jika usus dalam kondisi yang baik dan tubuh biasanya merespons makanan fermentasi dengan baik, memakannya dengan perut kosong seharusnya akan baik-baik saja. Makanan fermentasi biasanya baik untuk dimakan saat perut kosong karena membantu mendukung pencernaan.
“Makanan pahit merangsang produksi empedu dan HCL, yang membantu tubuh mencerna makanan lebih efisien. Itu juga mengandung asetat, yang membantu memberi makan dan bahan bakar bakteri baik di usus,” kata Greenfield.
Namun, ada pengecualian untuk aturan umum ini, terutama jika memiliki kepekaan terhadap makanan tertentu, kondisi kesehatan, dan atau ketidakseimbangan.
Siapa yang tidak boleh memakannya saat perut kosong?
Bagi yang sensitif atau reaktif terhadap kubis, mengonsumsi kimchi atau asinan kubis saat perut kosong tentu bisa memperburuk gangguan pencernaan, alih-alih membantu memperbaikinya. Selain itu, jika sedang berjuang dengan gangguan pencernaan atau sakit perut, maka hindari dulu makanan fermentasi saat perut kosong.
"Jika mikrobioma usus tidak seimbang, makanan fermentasi sebenarnya dapat membuat banyak ketidaknyamanan pencernaan dalam bentuk kembung, dan bahkan diare dan sembelit dalam beberapa kasus," katanya.
Mereka yang menderita IBS juga berjuang untuk mentolerir makanan fermentasi karena ketidakseimbangan usus. Hal yang sama berlaku untuk orang yang memiliki pertumbuhan berlebih ragi.
Bagaimana makanan fermentasi dapat membantu atau menyakiti pencernaan?
Bagi yang buang air besar setiap hari dengan baik, tingkat energi yang baik, sedikit peradangan kulit, dan tidak ada distensi usus besar setelah makan, kemungkinan besar tidak masalah. Tetapi saat memakannya menjadi kembung, kelelahan, kelesuan, kulit meradang seperti kemerahan dan eksim, ketombe, bahkan gatal-gatal pada vagina, itu bisa menandakan bahwa tubuh bereaksi buruk.
Pada saat itu, ada baiknya melakukan tes sensitivitas makanan di bawah bimbingan praktisi kedokteran fungsional untuk menemukan dengan pasti, apakah makanan fermentasi berkontribusi terhadap gejala-gejala tersebut.
Tanda lainnya bisa mulai dari kabut otak, lapisan putih di lidah, mengidam gula intens, iritasi kulit yang tiba-tiba, tinja yang encer atau sulit dikeluarkan, dan ketidakteraturan gula darah. Dia mencontohkan makan yogurt Yunani setelah bangun tidur setiap pagi, konsumsi segelas kombucha untuk makan siang, dan mengunyah asinan kubis di antara waktu makan, boleh saja selama tubuh tidak bereaksi.
"Saya suka menggunakan asinan kubis pada salad atau roti panggang bebas gluten dengan telur dan alpukat, dan suka menambahkan acar ke sandwich agar renyah dan kaya rasa,” kata Greenfield.
Seseorang juga bisa menambahkan kefir atau yogurt kelapa yang difermentasi ke dalam smoothie, tetapi pastikan untuk menambahkannya setelah dicampur sehingga tidak menghilangkan probiotik apa pun.