REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi penyakit menular dari University of Edinburgh memperingatkan mengenai adanya potensi kemunculan "Disease X". Pakar bernama Prof Mark Woolhouse tersebut mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa kemunculan Penyakit X dapat memicu wabah besar.
Penyakit X pada dasarnya bukan nama penyakit sungguhan. Mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Penyakit X merupakan istilah untuk ancaman virus yang belum diketahui dan bisa menular ke manusia serta berpotensi memicu terjadinya epidemi yang meluas.
Peringatan dari Prof Woolhouse ini datang bersamaan dengan terdeteksinya poliovirus pada situs pengolahan limbah di London. Selain itu, otoritas setempat juga menemukan beberapa bukti adanya transmisi poliovirus pada sekelompok kecil orang.
Tim ahli dari UK Health Security Agency (UKHSA) menyatakan bahwa virus ini kemungkinan berasal dari wisatawan asal Pakistan, Afganistan, atau Nigeria. Mereka meluruhkan (shedding) virus melalui feses setelah diberikan vaksin polio tetes.
Poliovirus tersebut lalu bermutasi dan kini mulai menyebar. Pernyataan ini diperkuat dengan ditemukannya strain poliovirus yang sama secara berulang pada beragam sampel air limbah sejak Mei lalu.
Tak hanya dihadapkan dengan ancaman poliovirus, Inggris saat ini juga mendeteksi beberapa kasus flu burung, demam Lassa, demam berdarah Krimea-Kongo, dan cacar monyet. Seluruh kasus tersebut ditemukan pada tahun ini. Prof Woolhouse meyakini bahwa berbagai temuan kasus infeksi ini merupakan sebuah tanda dari masalah kesehatan yang akan datang.
"Ada sebutan untuk apa yang kita lihat saat ini di Inggris dan wilayah lain, sebutan itu adalah chatter," jelas Prof Woolhouse.
Para ilmuwan meyakini pandemi yang datang berikutnya kemungkinan akan disebabkan oleh penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Hingga saat ini, ada sekitar 1,67 juta virus di dunia yang tak diketahui. Sekitar 827 ribu di antaranya merupakan virus yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia melalui hewan.
Di sisi lain, bertambah besarnya populasi manusia membuat manusia hidup semakin dekat dengan habitat hewan. Hal ini turut meningkatkan risiko terjadinya transmisi penyakit dari hewan ke manusia.