Senin 27 Jun 2022 12:30 WIB

Sandi: Pariwisata Indonesia Sumbang Ekonomi 4,3 Persen dari PDB

Desa Wisata Pecinan Glodok termasuk kedalam wisata urban yang terletak di perkotaan.

Menparekraf Sandiaga Uno mengunjungi Kampung Wisata Pecinan Glodok yang berhasil menembus 50 besar di seluruh Indonesia.
Foto:

Sumbang PDB

Dari posisi 44 ke 32 oleh World Economic Forum. Itu pertama. Yang kedua, dampak ekonominya pariwisata bisa menyumbangkan 4,3 persen dari PDB (produk domestik bruto). Ekonomi kreatif Indonesia, kata dia, sudah nomor 3 besar dunia, mencapai 7,8 persen. 

Output berikutnya adalah posisi Indonesia sekarang sebagai ASEAN Tourism Forum Chairman. Di mana kemenkraf diberi kepercayaan dan amanah. 

Dan terakhir, output-nya, adalah sidang umum PBB menyatakan bahwa pariwisata Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan merupakan best practice. Kita sudah mengalahkan Thailand. Kita sudah mengalahkan Malaysia. 

"Itu output-nya dan konkret yang sudah bersama-sama dengan pemerintah daerah dan komunitas, sudah mampu kita hasilkan,” beber Sandi, bersemangat.           

Membahas potensi seni, Desa Wisata Pecinan Glodok memiliki keberagaman yang terafilisasi dengan budaya masyarakat Betawi. Misalnya Tanjidor. Salah satu kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Seni musik ini dimainkan secara berkelompok. 

Biasa disingkat tanji yang berarti menabuh dan tambur yang berbunyi dor dor dor, maka digabunglah menjadi tanjidor. Alat musik yang digunakan pada Tanjidor yaitu alat musik tiup dan pukul. Kemudian Ondel-ondel. Merupakan boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu yang dihiasi dengan pakaian dan pernak-pernik aksesoris yang membuatnya terlihat seperti manusia. 

Ondel-ondel juga merupakan bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dipesta rakyat. Seni bela diri asli mereka yang dikenal adalah Silat Beksi. Silat Beksi diciptakan oleh Lie Tjeng Hok, seorang petani Tionghoa peranakan yang menciptakan ilmu beladiri khas percampuran antara ilmu beladiri keluarganya dan ilmu-ilmu beladiri yang dipelajarinya dari guru-guru silat Betawi. 

Dan yang tak ketinggalan, Barongsai. Tarian Singa khas Tiongkok itu memperlihatkan ketangkasan serta kekompakan para pemain sehingga gerakan tarian dinamis dan selaras dengan musik, serta membuat singa yang dimainkan seolah-olah hidup.

Bicara budaya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Mulai dari Cap Go Meh yang merupakan penutup dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek. ‘Cap Go’ berarti lima belas dalam dialek Hokkien, maka perayaannya jatuh pada hari ke-15 setelah perayaan Imlek atau bertepatan dengan munculnya bulan purnama. Ada pula Candra Naya merupakan bangunan bersejarah abad ke-18 di Jakarta, rumah bagi keluarga Khow Van Tamboen, terutama anggota berpangkat tertinggi.

Kemudian, Klenteng Toa Se Bio merupakan gabungan dari dua kata yaitu ‘Toase’ yang berarti pesan dan ‘bio’ yang berarti candi. Sehingga dimaksudkan agar candi ini menghormati pesan-pesan perdamaian yang dibawa dari Tiongkok pada waktu itu. 

Kemudian, ada Gereja Santa Maria de Fatima. Salah satu Gereja Katolik di Jakarta yang dibangun dengan arsitektur Tiongkok pada awal abad ke-19. Gereja ini sebelumnya bernama Gereja Toa Se Bio, karena dulunya berada di jalan Toa Se Bio. Sementara untuk produk kriya, di Desa Wisata Pecinan Glodok, wisatawan dapat membawa oleh-oleh seperti keramik dan porselen, Poci Teh Keramik, dan pernak-pernik lampion. 

 

Desa Wisata Pecinan Glodok termasuk kedalam wisata urban yang terletak di perkotaan dengan beragam fasilitas penginapan, mulai dari hotel bintang lima hingga rumah kos serta pemanfaatan rumah warga yang dibuat sebagai motel. Itu semua sudah lengkap dengan fasilitas umum yang dibutuhkan para wisatawan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement