REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur utama Java Festival Production, Dewi Gontha, menyebutkan tantangan terbesar penyelenggaraan Java Jazz Festival 2022 ialah meyakinkan semua pihak bahwa sudah waktunya pertunjukan kembali dihelat. Ia pun menyesuaikan dengan berbagai regulasi dan protokol kesehatan.
Dewi menyebut bahwa pandemi sangat menantang bagi para promotor. Terlebih, Java Jazz Festival selalu menghadirkan musisi internasional, selain musisi dalam negeri.
Tahun ini, deretan penampil Java Jazz akan hadir di 10 panggung yang ada di seantero lokasi festival. Musisi Amerika Serikat PJ Morton mengisi pertunjukan spesial. Deretan musisi mancanegara lain pun turut memeriahkan acara.
Menghadirkan PJ Morton, menurut Dewi, tidak mudah karena harus menyesuaikan jadwal di antara waktu tur musik sang musisi di AS dan Eropa. Bahkan, Java Jazz sudah membidik kibordis Maroon 5 sekaligus solois itu sebagai penampil sejak 2019, tetapi baru kini terlaksana karena jadwal selalu bentrok.
"Kesulitannya bukan karena musisi luar tidak mau ke Indonesia, tapi soal jadwal. PJ Morton tidak punya rider khusus karena ini festival. Mereka mengikuti standar festival," ungkap Dewi.
Perhelatan musik Java Jazz Festival 2022 kembali bisa dinikmati khalayak, tepatnya pada 27-29 Mei di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Tahun ini, festival mengusung tema "Blooming Season" atau musim mekar.
"Kalau dilihat, ada banyak gambar daun-daun dan pohon untuk desain Java Jazz tahun ini. Dengan anggapan, setelah dua tahun mati suri, kini industri musik bertumbuh kembali," ujar Dewi pada konferensi pers di Jakarta, Rabu (20/4/2022).
Tema itu juga akan diusung pada dekorasi serta ambience festival. Akan ada sejumlah instalasi seni yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen di festival.
Untuk mempersiapkan itu semua, Dewi mengatakan terdapat sejumlah langkah persiapan yang cukup berbeda sekaligus disebutnya luar biasa. Ajang Java Jazz Festival terakhir kali berlangsung pada 28 Februari dan 1 Maret 2020.