REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan masalah tulang terutama patah tulang yang salah diawal bisa menimbulkan masalah. Salah satunya kekakuan sendi.
Hal itu diungkap oleh dr. Muhammad Adib Khumaidi, Sp.OT dari Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi Indonesia (PABOI)."Jadi kekakuan sendi akibat penanganan salah diawal ini sebuah problem buat kami," kata Adib.
Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang. Penyebabnya beragam mulai dari trauma secara langsung atau tidak langsung, tekanan berlebihan hingga kelainan patologis yang dapat disebabkan osteoporosis, tumor, kanker dan infeksi tulang.
Gejala yang bisa dialami pasien antara lain manifestasi klinis seperti nyeri, bengkak, memar, deformitas, adanya spasme otot dan gangguan fungsi. Adib menyoroti, terkadang pasien dengan gejala ini tidak secara langsung ke layanan orthopaedi dan cenderung pada pengobatan alternatif.
Menurut dia, penanganan kasus fraktur dalam pengobatan alternatif lebih pada menyambungkan tulang semata, bukannya juga mengembalikan fungsi. Pada prinsipnya, penanganan fraktur yakni mengembalikan posisi patah tulang ke posisi tulang dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang. Pasien juga harus dimobilisasi untuk mencegah terjadinya kaku sendi.
"Pada saat penatalaksanaan diawal tidak dilakukan dengan baik maka kasus-kasus yang neglected yang sering datang ke kami yakni bukan karena tidak nyambung tetapi kekakuan sendi," kata Adib.
Sebagian pengobat alternatif sebenarnya sudah memahami ini sehingga langsung menyarankan pasien fraktur berkonsultasi ke dokter orthopaedi. Namun, pada sebagian pasien yang salah mendapatkan penanganan diawal, terkadang masalah patah bisa teratasi namun setelahnya terjadi kekakuan sendi. Imobilisasi jangka panjang juga dapat menjadi penyebabnya.
"Kalau sudah ada problem di tulang terutama fraktur maka segeralah datang ke dokter," pesan Adib.