REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit tulang belakang telah memengaruhi hampir 80 persen manusia di dunia, dimana mereka minimal pernah sekali seumur hidup mengalami sakit pinggang atau leher. Meski penyakit ini tidak menyebabkan kematian, namun bisa menurunkan kualitas hidup masyarakat.
Dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatology, Dr dr Bambang Darwono, menekankan bahwa masalah tulang belakang tidak bisa dianggap remeh karena bisa mengganggu kualitas hidup di seseorang. Selain itu, jumlah kasus nyeri tulang belakang juga terus mengalami peningkatan.
Merujuk pada penelitian dari Indonesia yang dipublikasikan di jurnal The Lancet, pada tahun 1990 sakit pinggang dan leher masih menduduki ranking ke-11 di Indonesia. Lalu 2006, naik ke ranking delapan, 2016 naik ke ranking lima, dan ini bisa semakin naik di kemudian hari.
“Sayangnya masalah tulang belakang ini seringkali belum menjadi perhatian serius government. Padahal masalah ini bisa menurunkan kualitas hidup, yang masih aktif bekerja menjadi tidak bisa bekerja padahal belum lanjut usia,” kata Bambang kepada Republika, Sabtu (12/3/2022).
Dari sisi pengobatan, kata Bambang, Indonesia sudah melakukan berbagai kemajuan dalam hal teknologi kesehatan. Misal untuk tindakan operasi tulang belakang yang dulu identic dengan luka sayatan yang lebar di punggung dengan waktu pemulihan yang lama, kini dengan teknologi Minimally Invasive Spine Surgery (MIIS) semuanya bisa diminimalisasi.
“Lalu ada juga teknik yang dikembangkan tahun 2003 dengan Taiwan, yang membuat pasien patah tulang belakang tidak perlu dioperasi dan hanya perlu disuntik, besoknya bisa pulang,” kata Bambang.
Pada 4-5 Agustus 2022, SPINE20 akan diselenggarakan sebagai event internasional tahunan yang mempertemukan para ahli tulang belakang dari seluruh dunia. Event ini digagas pertama kali di Helsinki, Finlandia pada Tahun 2019, dan digelar sebagai salah satu side event G20 pertama pada Presidensi G20 Saudi tahun 2020.
“Nantinya, hasil pertemuan para Ahli Tulang Belakang akan direkomendasikan sebagai bahan kebijakan negara-negara G20 dalam mengatasi persoalan penyakit tulang belakang, yang sudah mengancam 80 persen populasi dunia,” jelas Bambang.
Sementara itu, Digital Hospital dan Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (Perkedwi) sepakat untuk bekerja sama mensukseskan perhelatan SPINE20. Hasan Gaido mengaku senang atas terjalinnya kerja sama Digital Hospital dan Perkedwi ini. Menurutnya, kerja sama itu merupakan tindak lanjut dari hasil Webinar bertajuk "Making Indonesia a Hub for Global Health Tourism", yang diinisiasi oleh Digital Hospital pada Desember, tahun lalu.
"Jadi sejak awal kita sudah menggagas berbagai program untuk mendukung Presidensi G20 dan B20 Indonesia. Kerja sama dengan Perkedwi ini adalah tindak lanjut dari apa yang sudah kita jalankan sebelumnya," kata Hasan Gaido.