REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Begitu tingginya intensitas tumpuan pada tulang belakang dan leher pada hampir sebagian besar aktivitas masyarakat, kerap menimbulkan keluhan pada tulang belakang hingga tulang leher. Keluhan bisa muncul mulai dari gejala ringan hingga rasa sakit yang luar biasa, bahkan pada sejumlah kasus menyebabkan kecacatan pada bentuk tulang belakang. Maka gangguan tulang belakang memang tidak bisa diabaikan.
Pada tingkat diagnosa tertentu, gangguan tulang belakang bahkan harus diatasi dengan tindakan operatif. Sayangnya sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa tindakan operasi pada tulang belakang akan diikuti oleh luka bekas operasi yang signifikan, dan membutuhkan masa recovery yang lebih lama.
Maka bisa dipahami saat ini banyak anggota masyarakat dengan keluhan tulang belakang masih merasa khawatir jika harus mengikuti tindakan operasi bedah tulang belakang di rumah sakit.
Spesialis Bedah Orthopaedi Spine RS Premier Bintaro, Disampaikan dr. Omar Lutfi, Sp.OT, menyatakan dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat saat ini, tindakan pembedahan pada tulang belakang bisa dilakukan dengan metode minimal invasif, yang merupakan metode terkini untuk mengatasi masalah pada tulang belakang.
“Jadi, masyarakat yang memiliki keluhan pada tulang belakang, dan jika harus diikuti dengan tindakan operasi, mereka tidak perlu takut. Karena sekarang sudah ada bedah tulang belakang dengan metode minimal invasif, yang salah satunya dengan teknik endoskopi. Dengan teknik ini, pembedahan hanya membutuhkan sayatan kecil selebar 8mm hingga 1 cm saja,” kata dr. Omar Lutfi dalam dialog webinar Talk to the Expert dengan Spine Center RS PREMIER BINTARO, bertajuk “Penanganan Terkini Masalah Tulang Belakang Dengan Metode Minimal Invasif", Ahad (29/8).
Menurut dr Omar, dengan tindakan operasi metode Minimal Invasif, bekas luka yang dtinggalkan hasil operasi akan sangat minim. Pasien pun bisa menjalani layanan One Day Care, atau bisa pulang beberapa jam setelah operasi. “Tingkat keberhasilannya pun cukup tinggi, di angka 90 persen hingga 95 persen,” imbuh dr Omar.
Dalam kesempatan yang sama dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT yang juga Spesialis Bedah Orthopaedi Spine RS Premier Bintaro mengatakan, metode minimal invasif dengan sayatan yang sangat kecil, sekitar 8 mm hingga 1 cm sangat berbeda dengan bedah tulang belakang konvensional yang harus melakukan sayatan minimal sepanjang 5 cm.
“Di Rumah Sakit Premier Bintaro, kami menyiapkan operasi dengan teknologi terbaru, sehingga pasien nyaris tidak merasakan apa-apa saat operasi, dan hanya sedikit nyeri pasca operasi karena sayatan yang kecil,” ujarnya.
Secara rinci, dikemukakan oleh dr. Ajiantoro, Sp.OT, yang juga Spesialis Bedah Orthopaedi Spine RS Premier Bintaro, pasien dengan keluhan tulang belakang harus menjalani screening atau penegakkan diagnosa (pemeriksaan, red) sebelum diputuskan atau menjalani operasi. Sejatinya, kata dr Ajiantoro, sekitar 70 persen hingga 80 persen masyarakat pernah mengalami nyeri punggung, dan tak semua harus diakhiri dengan tindakan operasi, jika memang keluhannya sudah bisa diatasi dengan cara pengobatan konvensional.
Namun demi penegakkan diagnosa tersebut, biasanya pasien dengan keluhan nyeri pada tulang belakang harus menjalani serangkaian pemeriksaan penunjang, seperti x-ray, pemeriksaan laboratorium, bahkan jika keluhan masuk dalam kategori yang kompleks maka pasien harus menjalani pemeriksaan MRI (Magnetic resonance imaging) dan Computerized Tomography (CT) scan, yang menggabungkan serangkaian penangkapan citra lewat X-ray dari berbagai sudut tubuh.
“Ada beberapa pasien bisa saja tak perlu tindakan operasi, dan cukup menjalani metode Interventional Pain Management (IPM) dengan pemberian obat, dilanjutkan dengan berobat jalan,” kata dr Ajiantoro. Interventional Pain Management (IPM), kata dr Ajiantoro, merupakan suatu tindakan minimal invasif yang dilakukan dengan panduan alat untuk mengobati nyeri akut dan kronik secara jangka panjang atau permanen.
Prosedur IPM, lanjut dr Ajiantoro, dilakukan pada titik nyeri atau titik masalah pada tulang belakang, yang biasanya menggunakan alat penunjang seperti USG dan radiologi. Nantinya hasil USG dan radiologi ini akan memotret titik nyeri dan mengarahkan dokter untuk memberikan solusi pada rasa nyeri yang dirasakan