Setelah itu, menurut Samanta, orang tua bisa mulai mengajak anak untuk bermain di sekitar rumah seperti bersepeda atau berjalan kaki. Kemudian, berikan anak tantangan yang bisa membuat dia memperhatikan lingkungan sekitar.
"Misalnya, nanti kalau ada rumah catnya warna merah, kita hitung, yuk, ada berapa. Jadi dikasih tantangan supaya dia memperhatikan sekitarnya dia," ujar Samanta.
Kemudian, barulah batasi penggunaan gawai setiap hari sesuai kategori usia anak. Berikutnya, diskusikan kegiatan yang bisa dilakukan bersama serta aturan-aturan yang di dalamnya terdapat reward (hadiah) dan punishment (konsekuensi).
Samanta mengingatkan bahwa konsekuensi harus merupakan sesuatu yang membangun karakter anak, bukan menghukum. Menurut dia, hukuman justru akan membuat anak menjadi benci pada orang tuanya dan semakin menghilangkan koneksi dengan orang tuanya.
"Misal dia main gawai lebih dari waktu yang disepakati, dihukum lihat tembok satu jam. Itu tidak akan membuat anak jera. Tapi, konsekuensi jika main gawai lebih dari satu jam, berarti besok tidak ada waktu main gawai tapi baca bukunya lebih banyak," ujar Samanta.
"Kalau anak sudah ada koneksinya dengan orang tua, kita ngomong apa pasti didengerin, kita enggak usah pakai teriak-teriak," tuturnya.