REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian omicron BA.2 yang sangat menular sekarang menjadi jenis virus corona yang dominan di seluruh dunia. Pejabat kesehatan di Amerika Serikat telah mengetahui keberadaan "son of omicron" sejak November 2021, tapi mereka masih mempelajari cara kerjanya dan tingkat keparahannya ketika orang terinfeksi.
"Sejauh ini apa yang kami lihat benar-benar mirip dengan varian omicron asli dalam hal gejala dan tingkat keparahannya," jelas dr Erica Johnson, seorang dokter penyakit dalam di Johns Hopkins Bayview Medical Center di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, seperti dilansir laman Huffington Post, Jumat (1/4/2022).
Jadi, seperti strain omicron asli (BA.1), gejala utama infeksi BA.2 ringan adalah batuk, demam, kelelahan, dan kemungkinan hilangnya indra pengecap atau penciuman. Hidung meler, masalah pencernaan, sakit kepala, dan ruam kulit adalah tanda dan gejala umum lainnya.
Gejala-gejala tersebut sangat mirip dengan apa yang dialami orang dengan flu atau virus musiman lainnya. Dr Jennifer Lighter, spesialis penyakit menular pediatri di NYU Langone Health di New York, mencatat bahwa dengan strain omicron asli, ia melihat lebih banyak pasien yang tampaknya datang dengan gejala pernapasan bagian atas, yakni batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
Sementara itu, sewaktu strain sebelumnya mendominasi, anak-anak lebih sering menderita gejala yang terkait saluran napas bawah. Mereka cenderung batuk dalam atau sesak napas.
Menurut Lighter, son of omicron tampaknya juga lebih menargetkan saluran pernapasan bagian atas, seperti strain omicron asli. Orang-orang harus terus mewaspadai tanda-tanda peringatan darurat, seperti nyeri terus-menerus atau tekanan dada dan kesulitan bernapas.
Bukti dunia nyata yang tersedia sejauh ini menunjukkan
son of omicron, seperti varian orisinalnya, yakni cenderung menyebabkan penyakit yang kurang parah. Beberapa di antaranya berkaitan dengan vaksinasi, yang secara signifikan mengurangi kemungkinan sakit parah.