Selasa 29 Mar 2022 13:11 WIB

WHO Periksa Potensi Gangguan Pendengaran Akibat Vaksin Covid-19

Kasus gangguan pendengaran mengusik sebagian kecil penerima vaksin Covid-19.

Rep: Mabruroh/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pria terganggu oleh tinnitus (Ilustrasi). Gangguan pendengaran berupa suara berdenging di kuping itu dialami oleh sejumlah kecil penerima vaksin Covid-19.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sejumlah kecil kasus tinnitus atau telinga berdenging telah dilaporkan oleh orang-orang yang menerima vaksin Covid-19 secara internasional, termasu di Amerika Serikat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang memeriksa laporan terkait kasus langka gangguan pendengaran tersebut.

WHO melaporkan, ada 367 kasus tinnitus dan 164 kasus gangguan pendengaran lain secara global pada orang-orang yang telah menerima vaksin Covid-19. Keluhan umumnya muncul dalam satu hari setelah suntikan.

Baca Juga

Di sisi lain, ada lebih dari 11 miliar dosis vaksin Covid-19 yang telah diberikan di seluruh dunia. Itu artinya, masalah pendengaran tampaknya sangat jarang.

Orang-orang yang melaporkan tinnitus berkisar antara usia 19 hingga 91 tahun. Hampir tiga perempatnya adalah perempuan.

Dilansir NBC News, Selasa (29/3/2022), laporan tersebut berasal dari 27 negara, termasuk Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Lebih dari sepertiga dilaporkan di antara mereka yang bekerja di industri perawatan kesehatan.

Laporan tersebut diidentifikasi oleh Uppsala Monitoring Centre, sebuah organisasi nirlaba independen di Swedia yang bekerja dengan WHO. Meski begitu, laporan yang sama mengungkapkan bahwa penderita gangguan pendengaran itu kebanyakan pulih.

Yang lain sebelumnya mengatakan kepada NBC News bahwa tinnitus yang mereka alami setelah vaksinasi berlangsung tanpa henti hingga mengubah hidup selama berbulan-bulan. Kondisi ini digambarkan sebagai suara berdenging, berdengung, atau mendesis di satu atau kedua telinga.

"Penyebab tinnitus hingga kini masih belum diketahui, dan sejauh ini, tidak ada bukti bahwa vaksin dapat menyebabkan masalah pendengaran," kata WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan perusahaan yang memproduksi vaksin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement