Kamis 04 Mar 2021 19:40 WIB

Penyintas Covid-19 Alami Gangguan Pendengaran, Ini Sebabnya

Pemberian steroid sedini mungkin penting untuk mengembalikan pendengaran.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Sebagian pasien Covid-19 dilaporkan mengalami gejala sisa meski sudah dinyatakan negatif dari penyakit tersebut. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Sebagian pasien Covid-19 dilaporkan mengalami gejala sisa meski sudah dinyatakan negatif dari penyakit tersebut. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian pasien Covid-19 dilaporkan mengalami gejala sisa meski sudah dinyatakan negatif dari penyakit tersebut. Gejala sisa yang muncul bisa berbeda antara satu pasien dengan pasien lainnya.

Kehilangan pendengaran merupakan salah satu dari gejala sisa tersebut. Salah satu kasus kehilangan pendengaran pertama pascasembuh dari Covid-19 telah didokumentasikan dalam British Medical Journal. Kondisi ini dialami seorang laki-laki berusia 45 tahun. Dia mengeluh kehilangan pendengaran tiba-tiba pada telinga kirinya dan juga tinitus.

Sebelumnya, pasien tersebut tidak memiliki riwayat kehilangan pendengaran atau masalah pada telinga. Pasien tersebut berhasil mendapatkan kembali sebagian pendengarannya melalui terapi dengan steroid.

Studi lain dalam American Journal of Otolaryngology pada April 2020 juga melaporkan kasus serupa. Kasus kehilangan pendengaran pascainfeksi Covid-19 ini dialami oleh seorang pasien lansia perempuan di Thailand.

Beberapa studi sudah mengonfirmasi adanya hubungan antara Covid-19 dengan kehilangan pendengaran pada beberapa pasien. Namun, hubungan sebab-akibat di antara keduanya masih belum begitu dipahami.

Meski begitu, beberapa ahli memiliki teori yang mungkin bisa menjelaskan hubungan di antara kehilangan pendengaran dengan Covid-19. Beberapa studi menilai masalah pendengaran ini berkaitan dengan dampak virus Covid-19 terhadap batang otak. Sebagian peneliti lain menilai masalah pendengaran bisa terjadi akibat komplikasi neuro-auditory.

Beragam peneliti juga menyoroti, masalah pendengaran yang dialami sebagian pasien sebagai gejala sisa berkaitan dengan ACE2, enzim yang bisa ditemukan di berbagai organ tubuh. Virus SARS-CoV-2 memanfaatkan reseptor ACE2 sebagai pintu masuk untuk menginfeksi sel-sel di dalam tubuh manusia.

Reseptor ACE2 juga bisa ditemukan pada sel epitel yang berada di telinga tengah. Dalam kasus kehilangan pendengaran tiba-tiba pada pasien Covid-19, SARS-CoV-2 diyakini mengikatkan diri dengan reseptor ACE2 di area tersebut.

Alasan lain yang mungkin menyebabkan hilangnya pendengaran pasien Covid-19 adalah respons sistem imun terhadap infeksi. Seperti dilansir Times Now News, Kamis (4/3), peningkatan sitokin akibat infeksi dapat menjadi penyebab hilangnya pendengaran bila ada jalur masuk langsung ke koklea yang kemudian menyebabkan inflamasi dan stres pada sel.

Beberapa infeksi virus lain juga diketahi dapat menyebabkan sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) karena menyebabkan kerusakan pada struktur bagian dalam telinga. Terlepas dari penyebab yang mungkin terjadi, jelas terlihat bahwa ada keterlibatan neuro-auditory pada infeksi Covid-19.

Terapi terbaik yang bisa diberikan untuk mengatasi kehilangan pendengaran tiba-tiba pada pasien Covid-19 adalah steroid. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian injeksi intra-tympanic kortikosteroid dalam beberapa sesi. Cara tersebut telah terbukti memebrikan dampak positif bagi pasien yang mengalami gangguan pendengaran pascasembuh dari Covid-19.

Dalam beberapa kasus, virus mungkin memicu inflamasi pada meninges yang lalu menyebar ke koklea dan kemudian menyebabkan kehilangan pendengaran akut. Pada kasus seperti ini, peningkatan rasio neutrofil terhadap limfosit dan peningkatan sitokin inflamasi seperti interlukin 6 dapat diberikan untuk mengatasi kondisi tersebut.

Perlu diketahui, pemberian steroid dan antivirus sedini mungkin penting untuk mengembalikan pendengaran yang hilang. Penting juga untuk mewaspadai gejala pendengaran pada setiap pasien Covid-19 agar masalah pendengaran bisa terdiagnosis sejak dini dan kehilangan pendengaran permanen bisa dihindari.

Untuk itu, pasien Covid-19 perlu secara rutin ditanya mengenai kesulitan mendengar, gejala tinitus, atau kehilangan keseimbangan selama menjalani terapi Covid-19. Bila pasien mengalami gejala-gejala ini, pasien perlu dirujuk untuk mendapatkan penanganan otolaringologi darurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement