Jumat 18 Mar 2022 05:33 WIB

Dampak Covid-19 pada Sistem Pernapasan, Bisakah Paru Kembali Normal?

Gejala klinis utama Covid 19 di antaranya demam, sesak, lemas, dan nyeri otot.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Dampak Covid-19 bagi kesehatan. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Dampak Covid-19 bagi kesehatan. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 merupakan penyakit yang utamanya menyerang saluran pernapasan. Untuk menghindarinya, protokol kesehatan seperti mengenakan masker dan melakukan vaksinasi harus diterapkan.

Yang kerap menjadi pertanyaan, apabila seseorang sudah terinfeksi penyakit ini, bagaimana dampaknya pada sistem pernapasan? Dapatkah kondisi paru kembali seperti sediakala?

Baca Juga

Dokter Spesialis Paru & Pernapasan RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr Amira Anwar, menjelaskan infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat. Gejala klinis utama pada Covid-19 di antaranya adalah demam, sesak, lemas, nyeri otot, serta diare.

Setiap pasien dapat mempunyai gejala yang berbeda. Pada kasus yang berat, dapat juga terjadi perburukan yang cepat sehingga menyebabkan kegagalan pernapasan, kelainan metabolik lainnya, gangguan sistem koagulasi (pembekuan darah), hingga terjadinya badai sitokin yang dapat merusak organ dalam tubuh.

Penanganan yang dilakukan pada pasien Covid-19 disesuaikan dengan gejala dan hasil pemeriksaan dari pasien itu sendiri. Pada gejala ringan, pasien dapat diberikan vitamin dan obat-obatan sesuai gejala. Sedangkan pada gejala sedang dan berat, pasien akan diberikan obat antivirus dan obat lain sesuai dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lain oleh dokter.

Virus SARS-COV2 penyebab Covid-19 dapat menyerang dua belah paru, saat saturasi oksigen menurun drastis yang disebabkan oleh inflamasi yang parah. Pada kondisi ini, paru-paru akan terisi banyak cairan, dahak, dan sel. Hal inilah yang mengakibatkan kerusakan pada dinding kantung udara paru-paru sehingga membuat pasien sesak napas dan mengalami pneumonia parah atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

"Pasien dengan kondisi ini membutuhkan alat bantu napas menggunakan ventilator akibat terjadinya gagal pernapasan," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (17/3/2022).

Pada kasus pneumonia biasa, kebanyakan orang dapat sembuh tanpa adanya kerusakan paru-paru yang bertahan lama. Hal ini berbeda dengan pneumonia yang disebabkan oleh Covid-19, yang bisa berkembang menjadi pneumonia parah.

"Bahkan setelah penyakit berlalu, cedera paru-paru akibat Covid-19 dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membaik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement