REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Katalog komik yang beragam selama beberapa dekade mendukung kekayaan aset film DC Extended Universe (DCEU). Ada banyak jagoan, penjahat, dan latar cerita yang bisa dihadirkan DC dalam deretan sinemanya.
Film-film tersebut telah menjadi rumah kedua bagi cerita buku komik DC selama bertahun-tahun. DCEU perdana diluncurkan pada 2013 dengan Man of Steel arahan sutradara Zack Snyder yang jadi pelopornya.
Setelahnya, judul-judul lain menyusul dengan berbagai penerimaan. Ada film yang ditanggapi positif dan ada pula yang harus menerima kritikan penggemar. Akan tetapi, DCEU kemungkinan akan terus berlanjut bertahun-tahun mendatang.
Pesaing kuat seperti film-film dari Marvel Cinematic Universe tidak menyurutkan upaya DC terus menghadirkan film-filmnya. Namun, tidak bisa dihindari, ada pula film yang menunjukkan performa mengecewakan di bioskop.
Salah satunya adalah Wonder Woman 1984 yang berjuang keras di box office. Saat film tayang perdana di bioskop pada Desember 2020, platform streaming HBO Max menjadi tempat utama untuk mengaksesnya.
Akibat pandemi Covid-19, kala itu sebagian besar bioskop di seluruh dunia tengah menutup pintunya. Kalaupun ada bioskop yang buka, kebanyakan orang memilih untuk tinggal di rumah dan menonton di platform streaming.
Padahal, Wonder Woman 1984 merupakan sekuel yang sangat dinanti-nantikan dari Wonder Woman. Ketika dirilis pada 2017, film pertama tersebut langsung mendapatkan tempat di hati penggemar.
Bahkan, Wonder Woman menjadi film DCEU yang paling dipuji hingga saat ini. Penonton menyukai peran Gal Gadot sebagai Wonder Woman. Begitu juga estetika latar Perang Dunia I pada sinema arahan sutradara Patty Jenkins itu.
Momentum yang kurang tepat di tengah krisis kesehatan global membuat Wonder Woman 1984 gagal di bioskop. Sekuel itu menjadi film DCEU dengan pendapatan terendah, bahkan jumlahnya tidak menutup anggaran film.
Dengan anggaran 200 juta dolar AS, sinema hanya meraup penghasilan kurang dari 167 juta dolar AS. Selain itu, dari segi cerita, sekuel ini juga tidak membuat sebagian besar penonton dan kritikus terkesan.
Nasib serupa menimpa film fitur DC The Suicide Squad yang rilis pada 2021. Pendapatan globalnya hanya 167,4 juta dolar AS. Namun, film tersebut diapresiasi dengan lebih baik dibandingkan Wonder Woman 1984.
Aspek komersial memang bukan indikator utama mengenai baik buruknya sebuah film. Akan tetapi, jika perspektif bisnis berbicara, elemen itu bisa menjadi penentu apakah kisah dalam film akan terus berlanjut.
Angsuran waralaba DC lainnya diharapkan tidak terpuruk di box office. Beberapa sinema yang tengah dinantikan yakni The Flash dan Aquaman and the Lost Kingdom, dikutip dari laman Looper, Ahad (13/3/2022).