REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana pertama kalinya berkolaborasi mengarahkan film action drama bertajuk Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian. Film ini mengisahkan perjalanan hidup Panglima TNI Agus Subiyanto dengan pendekatan personal yang menyentuh.
Mengambil latar Operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste), Rahabi dan Arwin memilih untuk tidak mengedepankan benar atau salah operasi tersebut. Sebaliknya, Believe menyoroti arti perang dari sudut pandang keluarga prajurit biasa.
Tokoh utama Agus (Ajil Ditto) merupakan anak dari Sersan Kepala bernama Daddy (Wafda Saifan) yang pulang dari medan tempur bukan dengan medali atau pangkat, melainkan dengan luka fisik dan trauma batin. Setelah sang ibu meninggalkan mereka, Agus tumbuh besar hanya bersama sang ayah, dalam keluarga yang tidak utuh dan penuh tekanan sosial.
Tidak seperti anak kolong lain, Agus kecil hidup dengan penuh tantangan. Teman-teman masa kecilnya di Cimahi bahkan meremehkan mereka, seperti tergambar dalam dialog teman sebayanya, "Batur mah balik perang teh naek pangkat, ieu mah make tongkat" (tentara lain pulang dari perang dengan pangkat, ini malah pakai tongkat).
Memasuki masa remaja, Agus menjelma menjadi sosok muda yang penuh warna. la terlibat tawuran, bergabung dalam band, dan menjalani kehidupan yang jauh dari disiplin militer. Namun titik balik datang ketika sang ayah meninggal karena kecelakaan motor.
Peristiwa itu mengguncang Agus dan menjadi momen reflektif yang mengubah jalan hidupnya. la akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak ayahnya dengan masuk menjadi tentara demi memulihkan harga diri keluarga.
Meski diwarnai adegan laga dan pertempuran militer, kekuatan utama Believe justru terletak pada relasi antarkarakter dan muatan emosionalnya. Film ini bukan sekadar kisah tentang tentara dan perang, melainkan narasi menyentuh tentang hubungan ayah dan anak, perjuangan meraih mimpi, dan kesetiaan.
Produser Celerina Judisari mengatakan film ini dibuat melalui kolaborasi erat dengan TNI sebagai konsultan teknis, tanpa mengorbankan independensi cerita. Tak hanya itu, detail visual dan keotentikan era juga menjadi perhatian khusus.
"Tentu saja dari awal kami sudah kolaborasi. TNI jadi konsultan supaya semuanya hidup dan akurat, termasuk banyak helikopter, kapal, itu semua dilakukan biar terasa real. Dari tiap periode dijaga betul. Contoh kecilnya loreng baju, antara periode 1970-an dan 1990-an itu beda sekali," kata Celerina dalam konferensi pers seusai pers screening, Jumat (18/7/2025).
Para pemeran yang juga memeriahkan film ini antara lain Marthino Lio, Adinda Thomas, Maudy Koesnaedi, Eduwart Manalu, Faqih Iqbal Sulaiman, dan Aditya Lakon. Film ini tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 24 Juli 2025.