REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Genetika ternyata memainkan peran penting dalam bagaimana tubuh merespon vaksin booster. Merujuk studi baru dari University of Michigan dikatakan bahwa respons protektif tertentu yang ditimbulkan oleh vaksin bisa lebih efektif pada sebagian orang.
Tim peneliti mengidentifikasi bentuk tertentu dari gen antibody-related untuk mengkaji teorinya, dan melihat apakah dengan meningkatkan produksi antibodi bisa efektif menambah respon imun bawaan.
“Yang paling menarik dari studi ini adalah konsep variabilitas yang dipersonalisasi serta pemahaman bahwa keterkaitan antara respon vaksin dan gen yang dimiliki setiap orang berbeda-beda,” kata pemimpin studi, Kelly Arnold, seperti dilansir dari Eurasia Review, Selasa (1/3/2022).
Studi ini mengeksplorasi bagaimana setiap orang dapat merespons booster secara berbeda, yang mengekspos kembali sistem imun terhadap virus (atau sebagian darinya) untuk meningkatkan konsentrasi antibodi.
Namun, pada beberapa orang, peningkatan konsentrasi antibodi mungkin tidak terlalu efektif karena gen mereka mengkode reseptor imun yang buruk ketika menempel pada antibodi. Akibatnya, seseorang dapat memiliki jumlah antibodi yang baik dan masih memiliki respons imun yang buruk.
Karena itu, jalur alternatif untuk meningkatkan kekebalan secara teoritis adalah merancang vaksin yang mengubah struktur antibodi membuat antibodi itu lebih cenderung menempel pada reseptor sel kekebalan seseorang.
"Berdasarkan pada genetic bawaan, kami menemukan bahwa vaksin booster mungkinkurang atau lebih efektif dalam mengaktifkan fungsi imun bawaan tertentu," kata dia.
"Dan pada beberapa orang, di mana peningkatan konsentrasi antibodinya tidak efektif, mampu mengubah afinitas antibodi menjadi rute yang lebih baik. Tapi ini masih konsep teoritis dan belum memungkinkan secara praktik,” tambah Arnold.
Tim Arnold bekerja dengan mitra di Australia, Thailand, dan AS, dalam menciptakan model komputer untuk menentukan bagaimana faktor genetik yang berbeda memengaruhi respons imun bawaan yang disebabkan oleh vaksin booster. Model ini menggunakan data dan sampel plasma yang diperoleh University of Melbourne dari satu-satunya uji coba vaksin HIV yang cukup protektif hingga saat ini.
Sampel plasma dari peserta uji coba menunjukkan jumlah dan jenis antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi. Pemodelan menunjukkan bahwa dalam gen yang mengkode untuk jenis antibodi tertentu (IgG1), variasi yang berbeda dapat memprediksi seberapa efektif peningkatan kadar antibodi pada populasi tertentu.
Beberapa populasi dalam uji coba HIV menunjukkan bahwa peningkatan kadar antibodi tidak mengakibatkan perubahan pada fungsi kekebalan bawaan yang sedang dievaluasi.
Adjuvan adalah bahan vaksin yang dirancang untuk meningkatkan respon imun tubuh. Tahun lalu, tim Arnold menggunakan data dari uji coba yang sama untuk menyoroti mengapa vaksin tertentu memengaruhi orang secara berbeda. Di kemudian hari, kedua studi dapat mengarah pada prinsip desain baru untuk vaksin yang mempertimbangkan karakteristik individu.