Rekomendasi obat dan terapi FLCCC bisa membahayakan karena sebagianbobat justru bisa memperburuk gejala long Covid. Dr Mark mencontohkan, beberapa gejala umum long Covid adalah lemah otot, kelelahan, sesak napas, kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma atau PTSD.

Penderita long Covid dengan gejala lemah otot yang mengonsumsi steroid dosis tinggi sesuai rekomendasi FLCCC bisa mengalami gejala lemah otot yang semakin berat. Bila mereka memiliki kondisi prediabetes, steroid bisa membuat kondisi tersebut semakin buruk.
Tak hanya itu, penggunaan steroid dosis tinggi bisa membuat pasien kesulitan tidur. Obat tersebut bahkan bisa ikut berkontribusi pada depresi.
Dokter spesialis penyakit menular, dr Thomas Walsh, turut menyoroti ivermectin yang direkomendasikan sebagai lini pertama pengobatan. Dokter yang bekerja di Allegheny Health Network tersebut mengatakan bukti yang mendukung ivermectin sebagai terapi Covid-19 masih sangat sedikit.
Belum lama ini, ivermectin digadang sebagai obat ajaib untuk mengobati Covid-19 oleh sebagian masyarakat. Peningkatan penggunaan ivermectin ini lalu diikuti dengan meningkatnya kasus keracunan yang membahayakan karena orang-orang mengonsumsi ivermectin tanpa resep dokter dan dalam dosis yang sebenarnya diperuntukkan bagi hewan besar.
Menurut dr Walsh, rekomendasi terapi yang diberikan FLCCC tidak didasarkan pada bukti ilmiah. Dr Walsh bahkan menyamakan protokol tersebut seperti melempar spaghetti ke tembok.
"Anda harus menghubungi dokter Anda, yang bisa membantu memandu Anda untuk mengatasi gejala-gejala ini," ungkap dr Walsh.