Selasa 25 Jan 2022 03:33 WIB

Anak-Anak Alami Kesenjangan Kesehatan Akibat Pandemi

Intervensi harus dilakukan untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak bermain (ilustrasi)
Foto: PxHere
Anak bermain (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian dari Murdoch Children's Research Institute yang dipimpin oleh dokter anak Prof Sharon Goldfeld mengatakan anak-anak mengalami kesenjangan kesehatan dan kesejahteraan akibat pandemi. Intervensi harus dilakukan  untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

"Anak-anak menghadapi gangguan yang menentukan generasi dengan pembatasan dan intervensi kesehatan masyarakat seperti pembelajaran online, jarak sosial, peningkatan waktu layar, berkurangnya akses ke perawatan kesehatan, lebih sedikit olahraga komunitas dan lebih sedikit bermain di luar semua memiliki dampak," kata Sharon dikutip dari The Guardian pada Senin (24/1).

Baca Juga

 

Anak-anak dan remaja yang mengalami kesulitan sebelum pandemi telah terpengaruh secara tidak proporsional. Hal ini berpotensi menyebabkan melebarnya kesenjangan dalam kesehatan anak, kesejahteraan dan hasil perkembangan.

Tinjauan tersebut, yang diterbitkan dalam Medical Journal of Australia (MJA) pada hari Senin (24/1/2022), termasuk temuan dari jajak pendapat rumah sakit Royal Children. Jajak pendapat ini yang menemukan sepertiga 36 persen orang tua Australia merasa bahwa pandemi telah berdampak negatif pada kesehatan mental anak mereka.

Sebanyak 31 persen orang tua telah menunda atau menghindari perawatan medis untuk anak yang sakit atau terluka karena khawatir tertular virus.  

Sebuah studi terpisah menemukan beberapa anak dan remaja yang terinfeksi virus mengalami stigma dan tekanan kesehatan mental. Mereka mengalami sulit tidur, mimpi buruk dan menarik diri dari teman.

Associate Prof Nicholas Wood, seorang dokter anak di Rumah Sakit Anak Westmead, mengatakan dia telah mendengar laporan tentang anak-anak yang tidak ingin meninggalkan rumah mereka. Sebabnya, mereka sangat cemas dan khawatir tentang Covid-19.

“Saya pikir harus ada beberapa upaya yang dimasukkan ke dalam program pembangunan ketahanan untuk anak-anak, apakah itu melalui sekolah atau komunitas. Juga selalu ada masalah dengan akses ke dukungan kesehatan mental di masyarakat.  Sangat sulit untuk memasukkan anak-anak Anda ke psikolog atau psikiater dan kita harus memikirkan ini dan layanan lain yang perlu diakses anak-anak selama dan pascapandemi," kata dia.

Diketahui, sebuah survei terhadap 5.000 guru yang dikutip dalam tinjauan MJA menemukan hanya 35 persen dari mereka yang melaporkan bahwa siswa mereka belajar secara efektif selama lockdown.  Kesenjangan pencapaian antara siswa yang beruntung dan siswa yang kurang beruntung tumbuh tiga kali lipat selama pembelajaran jarak jauh.

Beberapa keluarga kekurangan sumber daya dan waktu yang dibutuhkan untuk mendukung anak-anak mereka selama pendidikan jarak jauh. Sulit untuk memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan mereka yang kehilangan pembelajaran untuk mengejar ketertinggalannya. Namun, strategi untuk mengidentifikasi mereka yang tertinggal dan intervensi jangka panjang yang ditargetkan untuk mereka yang berada di lingkungan sekolah dengan sosial ekonomi rendah akan sangat penting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement