REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap ibu berharap dapat memberikan asupan terbaik bagi anak mereka. Salah satu satu impian para ibu adalah berhasil memberikan ASI eksklusif kepada sang buah hati.
Ketua Satgas ASI IDAI, Dr dr Naomi Esthernita, menekankan pentingnya pendampingan ibu menyusui. Hal itu baik dari paramedis maupun dukungan keluarga ibu terkait.
Penting untuk melakukan inisiatif menyusui dini (IMD). Ibu juga perlu berupaya menghindari memberikan asupan selain ASI dalam satu pekan pertama sejak kelahiran.
Hal ini agar meningkatkan keberhasilan ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai dua tahun. Namun Naomi juga mengingatkan agar cermat melihat kondisi dan masalah yang dihadapi ibu.
“Namun dokter anak juga harus bijak, kita harus tahu kapan harus diberi suplementasi. Ada masalah apa di minggu pertama. Kadang obat harus diminum dan ibu juga khawatir,” kata Naomi dalam dalam jumpa pers virtual “Peluncuran modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician (BFCC)”, pada pekan lalu.
Menurut Naomi, pengaruh kultur juga dapat menghambat pemberian ASI. Maka ada aturan untuk pemberian training dokter anak.
Berdasar sebuah riset di Amerika, pelatihan ini sangat diperlukan dan di-update kurikulumnya. Kekhawatiran terkait volume ASI juga jadi penghambat pemberian secara eksklusif, minimal selama enam bulan.
Masalah ini bisa berasal dari bayi maupun ibu. Misalnya bayi prematur, ibu yang khawatir peningkatan berat badan, kurang pelekatan, tidak benar, menolak disusui, dan lainnya.
Ibu juga rentan mengalami baby blues, keluarga tidak mendukung, bahkan paramedis sendiri punya keterbatasan, baik dari segi pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, ada terkait terlambat menyusu, ibu sakit, nyeri puting, dan sebagainya, juga menjadi penghambat keberhasilan dalam proses menyusui.