Kamis 09 Dec 2021 11:35 WIB

Okra Bisa Turunkan Gula Darah Diabetesi dalam 30 Menit

Beragam penelitian mengungkap, okra bermanfaat untuk turunkan gula darah diabetesi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Sayur okra yang telah direndam semalaman dapat dibuat jus untuk membantu menurunkan kadar gula darah pengidap diabetes.
Foto: Needpix
Sayur okra yang telah direndam semalaman dapat dibuat jus untuk membantu menurunkan kadar gula darah pengidap diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes terjadi karena tubuh produksi hormon insulin menurun atau berkurangnya sensitivitas terhadap hormon. Peran utama insulin adalah untuk membantu mengontrol gula darah (glukosa) dalam tubuh, sehingga kekurangan insulin dapat memicu peningkatan kadar gula darah.

Untuk mengatasi itu, Anda bisa mengonsumsi okra. Sayuran hijau ini telah dipercaya sebagai obat untuk diabetes, karena bisa membantu menurunkan kadar gula darah hanya dalam 30 menit.

Baca Juga

Beberapa penelitian melaporkan penurunan kadar gula darah setelah merendam potongan okra dalam air semalaman, kemudian dikonsumsi sebagai jus keesokan paginya. Sebuah penelitian dari Indonesia yang diterbitkan dalam journal Rasayan pada 2019, berusaha untuk membuktikan klaim ini dengan memberikan minuman kepada hewan sebelum memeriksa profil glukosa darah mereka.

Untuk membandingkan dan membedakan hasil, peneliti memberi beberapa hewan obat standar antidiabetes yang dikenal sebagai glibenklamid. Kelompok glibenclamide tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol, yang berarti bahwa glibenclamide sebagai obat standar antidiabetes dapat menurunkan kadar glukosa darah kembali normal dalam waktu 20 menit onset.

Sementara jus buah okra dengan dosis 25mg per kilogram berat badan dan 50 mg per kilogram berat badan telah mampu menurunkan kadar glukosa darah dalam waktu 30 menit yang ditunjukkan dengan perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol.

"Aktivitasnya sebanding dengan glibenklamid yang ditunjukkan oleh tidak ada perbedaan secara statistik dibandingkan dengan glibenklamid," kata penulis studi, seperti dilansir laman Express.co.uk, Kamis (9/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement