Senin 06 Dec 2021 02:01 WIB

Kebiasaan Makan yang Bisa Merusak Tubuh Setelah Usia 50

Melewatkan waktu makan bisa berdampak bagi kesehatan setelah usia 50 tahun.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Qommarria Rostanti
Kebiasaan makan yang bisa merusak tubuh setelah usia 50 tahun (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Kebiasaan makan yang bisa merusak tubuh setelah usia 50 tahun (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli nutrisi, Stephanie Hnatiuk, menyebut kebiasaan melewatkan waktu makan bisa berdampak bagi kesehatan setelah usia 50 tahun. Dia menyarankan agar seseorang tidak melewatkan waktu makan meski di tengah kesibukan sekalipun.

"Melewatkan makan (terutama sarapan) dapat berkontribusi pada peningkatan resistensi insulin karena tidak makan dalam waktu lama, kemudian makan dalam jumlah besar sekaligus, dapat berkontribusi pada perubahan kadar gula darah yang lebih besar sepanjang hari," kata Hnatiuk dilansir di laman Eat This Not That pada Ahad (5/12).

Baca Juga

Dia menyebut, individu yang melewatkan sarapan dan/atau makan siang lebih cenderung mengonsumsi kalori berlebih di sore dan malam hari, yang juga dapat berkontribusi pada penambahan berat badan. Hnatiuk menyarankan sebaiknya makan tiga kali sehari penuh. Bagi seseorang yang sibuk mereka bisa menyiapkan makanan sehari sebelumnya sehingga bisa langsung dibawa saat bepergian.

Selain itu kurangnya asupan protein yang cukup juga bisa merusak tubuh setelah usia 50 tahun. Hnatiuk menjelaskan protein penting untuk menjaga massa otot, 

"Karena penurunan massa otot terjadi seiring bertambahnya usia, kebutuhan protein meningkat seiring bertambahnya usia," kata dia.

Hnatiuk menyarankan untuk memasukkan sumber protein setiap kali makan, seperti telur, yogurt Yunani, ikan, unggas, tahu, atau kacang-kacangan. Kemudian menjaga makanan yang mengandung serat juga dinilai penting. Menurut dia, serat berperan dalam kesehatan sistem pencernaan, meningkatkan rasa kenyang setelah makan, dan membantu mengurangi lonjakan gula darah setelah makan

The American Journal of Clinical Nutrition dalam laporannya menyimpulkan, mengonsumsi cukup serat larut (jenis yang ditemukan dalam gandum, kacang-kacangan, dan apel) dapat menurunkan kolesterol jahat. Kendati serat menjadi bagian penting dari hidup sehat, namun banyak orang tidak mendapatkan cukup serat setiap hari.

"Untuk memenuhi tujuan serat Anda dan mendapatkan manfaat serat dalam makanan Anda, biasakan memasukkan buah dan atau sayuran setiap kali makan, dan pilih biji-bijian utuh daripada biji-bijian putih atau halus sesering mungkin," kata Hnatiuk.

Terakhir, kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung inflamasi juga berhaya bagi tubuh. Pakar nutrisi lainnya, Angela L Lago, mengatakan penting untuk memperhatikan peradangan seiring bertambahnya usia karena dapat menyebabkan penyakit.

"Oleh karena itu, penting untuk lebih menyadari makanan inflamasi yang termasuk dalam diet kita setelah berusia 50 tahun," kata Lago.

Beberapa makanan inflamasi yang perlu dikurangi seiring bertambahnya usia, termasuk soda dan minuman manis, makanan panggang olahan seperti kue dan kue, karbohidrat olahan seperti roti putih, dan daging olahan, dan alkohol. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement