Jumat 26 Nov 2021 04:01 WIB

Inggris Khawatir Oksimeter Bias Rasial, Maksudnya?

Oksimeter nadi dikhawatirkan memiliki bias rasial.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Pulse oximeter menjadi alat yang direkomendasikan ada di rumah semasa pandemi Covid-19. Pembacaannya bisa kurang akurat pada orang berkulit gelap.
Foto:

Apa itu oksimeter nadi?

Pulse oximeter berfungsi untuk memperkirakan tingkat saturasi oksigen atau jumlah oksigen dalam darah seseorang. Mengingat beberapa pasien Covid-19 mungkin perlu dirawat di rumah sakit, perangkat ini telah menjadi alat penting dalam menentukan apakah seseorang memiliki tingkat oksigen yang sangat rendah dan memerlukan rawat inap.

Perangkat ini bekerja dengan dijepitkan ke jari, kemudian sinar cahaya merah dan inframerah akan lewat menembus jari. Susunan yang penting dari darah adalah hemoglobin yang jenuh dengan oksigen.

Hemoglobin teroksigenasi menyerap cahaya merah inframerah pada tingkat yang lebih besar dibandingkan hemoglobin terdeoksigenasi. Hal ini juga memungkinkan lebih banyak cahaya merah untuk melewati daripada hemohlobin terdeoksigenasi.

Dengan mengukur tingkat cahaya yang melewati jari, oksimeter nadi dapat menghitung tingkat saturasi oksigen pada seseorang. Tingkat normal saturasi oksigen darah biasanya di 95 hingga 100 persen.

Jadi, bagaimana ras berpengaruh dalam pembacaannya?

Beberapa penelitian telah menemukan bukti bahwa oksimeter oksimeter nadi mungkin menunjukkan pembacaan yang tidak akurat bagi mereka yang memiliki kulit lebih gelap, yaitu yang lebih banyak pigmentasi.

Berbicara kepada The New York Times, Direktur Laboratorium Penelitian Hipoksia di University of California, Philip Bickler, mencatat bahwa pigmen di kulit seseorang menyebarkan cahaya di sekitarnya sehingga sinyalnya berkurang.

"Ini seperti menambahkan statis ke sinyal radio Anda. Anda akan mendapatkan lebih banyak gangguan, lebih sedikit sinyal," ujarnya.

Pengembangan perangkat ini, terutama di negara-negara yang didominasi kulit putih, telah memicu kekhawatiran bahwa mungkin ada bias sistemik yang mendasari. Ujungnya, hasil pembacaan berpotensi merugikan bagi pasien dengan kulit lebih gelap.

Sebuah surat untuk editor The New England Journal of Medicine berjudul "Racial Bias in Pulse Oximetry Measurement" membahas sebuah penelitian yang tampaknya mengonfirmasi hal ini. Para peneliti mengamati lebih dari 10.700 pasang pembacaan saturasi oksigen yang diambil menggunakan oksimeter nadi dan metode tes gas darah arteri. 

Sebanyak 1.333 pasien kulit putih dan 276 pasien kulit hitam terlibat. Studi menemukan bahwa oksimeter nadi melebih-lebihkan tingkat oksigen 3,6 persen pada pasien kulit putih. Sementara itu, error-nya 12 persen pada pasien kulit hitam. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menguatkan hasil awal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement