REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pemerintah harus meningkatkan tes dan pelacakan untuk deteksi dini dan meningkatkan kapasitas identifikasi varian virus. Hal ini untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia.
Dicky dalam diskusi daring bertajuk "Menangkal Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia" yang diselenggarakan sebuah media dipantau di Jakarta, Senin (22/11), mengatakan, kedua hal tersebut sangat penting dilakukan sebagai antisipasi masuknya varian baru COVID-19 dari luar negeri ke Indonesia. Dia mengkhawatirkan varian virus baru yang menyebabkan terjadinya ledakan kasus COVID-19 di Eropa juga akan berdampak pada Indonesia dan berpotensi memicu terjadinya gelombang ketiga.
"Dari analisa saya terakhir, di Eropa ini berkembang satu varian Delta yang jauh lebih efektif menginfeksi, kemudian juga tampaknya bisa jadi secara kemampuan menurunkan efikasi vaksin, ataupun viral load itu jauh lebih efektif daripada Delta varian sebelumnya," kata Dicky.
Pandangan ini, kata Dicky, pun secara bersamaan disampaikan oleh WHO. Menurut dia, bukan hal yang mengherankan apabila varian virus baru di Eropa juga bisa masuk ke Indonesia.
Dia menerangkan, saat ini kapasitas tes COVID-19 berbanding skala penduduk di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia ataupun Singapura. Oleh karenanya Dicky menegaskan peningkatan tes COVID-19 menjadi hal yang sangat penting untuk lebih dini mendeteksi kasus.
Selain itu, lanjut Dicky, juga diperlukan peningkatan surveilans genomik untuk mengidentifikasi virus varian baru di Indonesia. Peningkatan identifikasi varian baru ini berguna agar dapat segera mengetahui adanya virus varian baru yang masuk ke Indonesia dan segera melakukan pencegahan sebelum varian baru tersebut menyebar lebih luas di masyarakat.
Dicky mengingatkan agar berbagai pihak untuk mewaspadai situasi kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2022 karena akan menjadi masa yang rawan. Dia memprediksi dampak ledakan kasus COVID-19 yang terjadi di Eropa saat ini baru akan terasa di Indonesia pada akhir Februari 2022.
Kendati memprediksi potensi lonjakan kasus gelombang ketiga dalam level yang moderat. Namun, dia menekankan semua pihak harus mempersiapkan yang terburuk demi meningkatkan perlindungan masyarakat Indonesia.