Jumat 19 Nov 2021 15:00 WIB

Mengenal Timo Tjahjanto, Sutradara Remake Train To Busan

Sutradara asal Indonesia, Timo Tjahjanto, arahankan Train to Busan versi Hollywood.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Sutradara Timo Tjahjanto. Selain Under Seige, remake Train to Busan juga akan diarahkan oleh TImo.
Foto:

Sebagai pembuat film, Timo selalu meyakini bahwa film adalah bahasa internasional yang melintasi batas. Filmnya Killers adalah yang pertama tayang di Festival Film Sundance.

Ini adalah pengalaman yang menarik bagi Timo, karena dia tiba-tiba merasa memiliki tantangan tersendiri setelah sukses di festival. Namun, meski suatu film sukses di festival, menurut dia, belum tentu film itu memperoleh kesuksesan saat rilis umum.

"Karena kami masih seperti berjinjit, seperti apa yang lokal inginkan, apa yang orang Jakarta inginkan, apa yang orang luar Jawa inginkan? Saya tidak merasa ada formula benar untuk itu, khususnya jika kita pembuat film yang ambisius," kata Timo.

Meskipun sukses dengan genre horor/aksi, Timo sempat mengalami masa sulit memulainya. Dia setuju dengan pendapat sutradara asal Filipina Mikhail Red bahwa pembuat film dari Asia Tenggara memiliki banyak tantangan.

Timo beranggapan salah satunya mungkin berasal dari kenyataan bahwa kehidupan di Asia Tenggara umumnya lebih sulit, sehingga orang cenderung mencari film komedi romantis untuk hiburannya. Tantangan tidak hanya dari sisi kreatif, tetapi juga komunikator, di mana pembuat film harus menjelaskan mengapa berbagai genre diperlukan di industri film.

Pembuat film bergenre memiliki keuntungan tambahan karena lebih mudah melakukan lintas batas daripada drama atau film terkait budaya tertentu. Pembuat film Asia Tenggara tidak memiliki akses yang sama, bahkan sesama tetangga di Asia, misalnya dengan Korea atau Jepang yang mereka memiliki fasilitas untuk efek fisik dan efek praktis yang hebat.

Sebagai pembuat film, produser, dan sutradara, Timo beranggapan terkadang musuh terburuknya adalah diri sendiri. Seseorang merasa nyaman dengan genre yang sukses sehingga hanya bertahan di jenis itu selamanya hingga menjadi stagnan. Dia percaya setiap negara mengalami ini.

"Saya percaya kuncinya adalah sebaliknya, variasi selalu seperti itu, jenis, rasa yang berbeda, dan warna yang berbeda," ujar Timo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement