3. Renungkan saat Anda lebih tenang
Renungkan seluruh situasi. Sebagian besar dari kita memiliki retensi selektif, yakni lebih menekankan pada apa yang dikatakan orang lain dan itu memperkuat emosi serta terus ada dalam ingatan.
Sebaliknya, pendekatan yang tepat adalah mencoba mempertimbangkan juga kesalahan Anda. Selain itu, pikirkan bagaimana Anda bisa menangani masalah dengan lebih baik. Dengan begitu, kita akan lebih terampil menghadapi situasi sulit yang menguji kesabaran di lain waktu.
4. Bicarakan
Komunikasi selalu jadi cara yang baik untuk meminta maaf jika Anda merasa telah menyakiti. Jika Anda merasa pihak lain cukup keras, sampaikan pendapat Anda kepada orang itu dengan tenang.
Kita belajar banyak belajar dari kesalahan. Jadi, jaga agar jalur komunikasi tetap terbuka. Memiliki komunikasi dua arah adalah tolok ukur dari setiap hubungan yang sehat.
Ada kemungkinan orang tersebut memang toksik dan tidak dapat diluruskan. Dalam kondisi seperti itu, belajarlah untuk menjaga jarak.
5. Implementasi adalah kuncinya
Sebagian teori terkadang tidak sesuai antara implementasi dan praktiknya. Kita boleh saja berharap ideal, tapi hidup tidak selamanya bisa sesuai harapan.
Ambil saja pelajaran dari pertengkaran terdahulu. Ingat kapan harus menahan diri, kapan harus berhenti berdebat, tidak terlalu serius, hentikan kebiasaan memiliki kata terakhir, kelola emosi, dan memiliki pengendalian diri.