REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan nomor dua di dunia setelah jantung koroner. Kendati mematikan, gejala awal penyakit ini tidak pernah dirasakan oleh penderitanya.
Umumnya, si penderita baru datang berobat ketika penyakit sudah memasuki stadium lanjut. Mayoritas studi dan literatur di seluruh dunia menyebutkan bahwa kanker stadium lanjut memiliki kemungkinan meninggal dunia jauh lebih besar.
Bahkan sebagian besar pasien stadium lanjut akan sulit untuk bertahan hidup. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal serta tingkat keberhasilan juga menurun.
Salah satu jenis kanker mematikan yang paling banyak menyerang perempuan adalah kanker serviks. Menurut Observasi Kanker Dunia (Globocan) di Indonesia terdapat 36.633 kasus baru.
Pada 2020, ada 21.003 kematian akibat kanker serviks. Angka ini menunjukkan terdapat 50 kasus terdeteksi setiap harinya dengan lebih dari dua kematian setiap jam.
Jumlah kasus kanker serviks ini menempati urutan kedua terbesar setelah kanker payudara. Dokter spesialis kandungan dan kebidanan (obgyn) dari FKUI-RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Andi Darma Putra, Sp.OG mengatakan kanker serviks dikenal sebagai "pembunuh dalam diam" bagi kaum perempuan.
Sebab, inkubasi Human papillomavirus (HPV) tidak menunjukkan gejala apapun dan butuh waktu lama. Virus ini butuh bisa lebih dari sepuluh tahun untuk berkembang menjadi kanker serviks.