Selasa 26 Oct 2021 04:40 WIB

Studi Temukan Protein Terkait dengan Nafsu Makan

obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang berkembang.

Rep: Dessy Susilawati/ Red: Muhammad Hafil
Studi Temukan Protein Terkait dengan Nafsu Makan. Foto:  Obesitas (Ilustrasi)
Foto: Health
Studi Temukan Protein Terkait dengan Nafsu Makan. Foto: Obesitas (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebuah protein telah diidentifikasi oleh para peneliti dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST) memainkan peran kunci dalam bagaimana otak mengatur nafsu makan dan metabolisme. Hilangnya protein, XRN1, dari otak depan, mengakibatkan tikus gemuk dengan nafsu makan yang tak terpuaskan. Temuan penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal 'iScience'.

Dilansir dari laman ANI, obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang berkembang, dengan lebih dari 650 juta orang dewasa di seluruh dunia ditetapkan sebagai obesitas. Kondisi ini telah dikaitkan dengan banyak gangguan, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan kanker.

Baca Juga

"Pada dasarnya, obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan makanan dan pengeluaran energi," kata Dr Akiko Yanagiya, peneliti di Unit Sinyal Sel di OIST, yang dipimpin oleh Profesor Tadashi Yamamoto.

"Tapi kami masih sangat sedikit memahami bagaimana nafsu makan atau metabolisme diatur oleh komunikasi. antara otak dan bagian tubuh, seperti pankreas, hati, dan jaringan adiposa," ujarnya.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan menciptakan tikus yang tidak dapat memproduksi protein, XRN1, dalam subset neuron di otak depan. Wilayah otak ini termasuk hipotalamus, struktur seukuran almond yang melepaskan hormon ke dalam tubuh, membantu mengatur suhu tubuh, tidur, haus dan lapar.

Pada usia enam minggu, para ilmuwan memperhatikan bahwa tikus tanpa XRN1 di otak dengan cepat mulai menambah berat badan dan menjadi gemuk pada usia 12 minggu. Lemak menumpuk di tubuh tikus, termasuk di dalam jaringan adiposa dan hati.

Ketika mereka memantau perilaku makan, tim menemukan bahwa tikus tanpa XRN1 makan hampir dua kali lebih banyak setiap hari daripada tikus kontrol.

"Temuan ini benar-benar mengejutkan. Ketika kami pertama kali melumpuhkan XRN1 di otak, kami tidak tahu persis apa yang akan kami temukan, tapi peningkatan nafsu makan yang drastis ini sangat tidak terduga," kata Dr Shohei Takaoka, mantan mahasiswa PhD dari Unit Sinyal Sel OIST.

XRN1 memainkan peran penting dalam aktivitas gen, karena terlibat dalam langkah terakhir dari degradasi messenger RNA (mRNA). Ketika gen aktif, DNA digunakan untuk membuat molekul mRNA, yang kemudian dapat digunakan untuk membangun protein tertentu. Sel memiliki banyak cara untuk mengatur aktivitas gen, salah satunya dengan mendegradasi mRNA lebih lambat atau lebih cepat, yang menghasilkan lebih banyak atau lebih sedikit protein yang dibuat.

Di hipotalamus, para ilmuwan menemukan bahwa mRNA yang digunakan untuk membuat protein Agouti-related peptide (AgRP) - salah satu stimulator nafsu makan yang paling kuat - meningkat pada tikus gemuk, yang mengarah ke jumlah protein AgRP yang lebih tinggi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement