REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI) mengingatkan bahwa dampak hoaks, yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai infodemik, sangat luar biasa. MHKI mencatat, ada motif tertentu di balik produksi hoaks.
"Ada tiga motif besar terkait hoaks," kata Ketua Umum MHKI dr. Mahesa Paranadipa Maikel MH dalam acara virtual "Kontroversi Hoaks dan Pseudosains Kesehatan di Media Sosial" yang diselenggarakan Perhimpunan Profesional Kesehatan Muslim Indonesia (Prokami), Ahad (3/10).
Pertama, menurut Mahesa, motif antimedis, yakni produsen hoaks berusaha menjauhkan masyarakat dari pengobatan modern atau pengobatan yang sebenarnya bisa dibuktikan secara ilmiah. Kedua, motif bisnis, yakni menyebarkan informasi dalam bentuk video yang bisa mendapat klik yang mendatangkan bisnis dan keuntungan bagi pihak yang memproduksi hoaks kesehatan itu.
"Ketiga, motif kritik ke kebijakan pemerintah. Misalnya, kebijakan vaksinasi mendapat kritik. Ketika masyarakat sudah mulai sadar, lalu muncul kritik stok vaksin, dan lain-lain," ungkap Mahesa.
Bidang kesehatan, menurut Mahesa, menjadi ladang besar produsen hoaks karena literasi kesehatan masyarakat masih rendah. Di kalangan petugas kesehatan pun masih ada juga yang literasinya rendah karena mereka tidak mau memutakhirkan pengetahuan dari jurnal-jurnal terpercaya tentang kesehatan.