REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu cara menjaga paru agar tetap sehat adalah dengan tidak merokok. Hal itu pun direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan Forum of International Respiratory Societies (FIRS) demi menjaga kesehatan paru.
"Rokok konvensional maupun elektronik terbukti memberikan bahaya terhadap penyakit paru, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru," jelas Ketua Umum PDPI, DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR, dalam konferensi pers Hari Paru Dunia, yang disimak virtual, Jumat (24/9).
Dr Agus menjelaskan, tidak ada batas aman dari rokok konvensional dan elektronik. Oleh karena itu, berhenti merokok atau tidak merokok merupakan langkah paling baik.
Saat ini, kecenderungan terjadi prevalensi yang meningkat penggunaan rokok elektronik masyarakat. Nikotin dalam bentuk apapun termasuk pada rokok elektronik, membuat daya tahan tubuh menurun. sehingga risiko terjadinya infeksi dan berpotensi adanya karsinogen-karsinogen yang menyebabkan kanker.
Oleh sebab itu, dr Agus mendorong masyarakat menghindari rokok dan rokok elektronik, baik untuk diri sendiri, saudara-saudara, anak-anak, dan teman-teman. Tidak merokok dan tidak mengonsumsi vape akan mengurangi risiko penyakit paru.
Agus mengatakan, ada sejumlah keuntungan yang bisa didapatkan dengan berhenti merokok. Setelah 20 menit berhenti merokok, tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah tepi membaik.
Setelah 12 jam hingga 48 jam pertama berhenti merokok, tingkat karbon monoksida di dalam darah kembali ke normal dan nikotin dapat tereliminasi dari sistem. Dengan begitu, indra pengecap dan penciuman dapat membaik.
Lalu, setelah dua pekan hingga 12 pekan berhenti merokok, sistem aliran darah membaik dan kinerja jantung dapat meningkat. Napas pendek atau sesak dan batuk-batuk berkurang setelah berhenti merokok setelah satu bulan hingga sembilan bulan.
"Risiko jantung koroner menjadi setengahnya setelah kita berhenti merokok dalam satu tahun," jelas dr Agus.
Risiko kanker paru juga berkurang menjadi setengahnya setelah berhenti merokok dalam 10 tahun. Sementara itu, risiko serangan jantung atau stroke menjadi sama dengan bukan perokok setelah 15 tahun berhenti merokok.
Riset-riset yang ada menunjukkan, berhenti merokok pada usia berapapun dapat meningkatkan harapan hidup. Penelitian itu membuktikan menunjukan perokok cenderung memiliki usia harapan hidup yang pendek dibanding bukan perokok dan orang yang berhenti merokok.