REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan jantung biasanya identik dialami oleh kelompok usia yang lebih tua. Akan tetapi, belakangan ini serangan jantung juga bisa ditemukan pada individu berusia lebih muda.
Seorang pasien bernama Arvind Rao misalnya, tak pernah menyangka akan mengalami masalah jantung di usianya yang baru 33 tahun. Alasannya, Rao terbiasa menjalani hidup sehat, berolahraga setiap hari, tidak merokok, dan sangat jarang mengonsumsi alkohol.
Suatu ketika, Rao merasakan nyeri di di bagian perut atasnya. Rao mengira rasa nyeri tersebut disebabkan oleh asupan makannya yang meningkat dalam dua hari ke belakang.
Ketika rasa nyeri tersebut tidak hilang, Rao memutuskan untuk mengunjungi dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Rao mengalami serangan jantung ringan. Untungnya, dokter mengambil tindakan cepat dan Rao berhasil selamat.
Belum lama ini, serangan jantung juga menimpa aktor India Sidharth Shukla yang masih berusia 40 tahun dan menyebabkan kematian. Selain masih muda, Shukla juga tampak sehat.
Serangan jantung atau dikenal sebagai infark miokard terjadi ketika pasokan darah ke arteri koroner menurun akibat penyumbatan. Penyumbatan ini disebabkan oleh plak yang pecah di dalam pembuluh darah.
Plak yang menumpuk di dalam arteri bisa pecah ketika seseorang beraktivitas terlalu banya, stres, atau mengalami aktivitas simpatik yang berlebihan. Serangan jantung yang tidak ditangani dengan cepat dapat memicu terjadinya henti jantung.
Ada beragam faktor risiko yang dapat memicu terjadinya serangan jantung. Sebagian di antaranya adalah obesitas, hipertensi, kebiasaan merokok, mengonsumsi obat terlarang, dan riwayat penyakit jantung pada keluarga.
Pada kelompok usia muda, serangan jantung juga didorong oleh beberapa kebiasaan tak sehat yang banyak diterapkan oleh mereka. Misalnya, pola hidup sedentari atau tidak aktif, kebiasaan makan makanan cepat saji, serta paparan stres.
Stres merupakan faktor risiko serangan jantung yang tak boleh diabaikan pada generasi muda. Konsultan kardiologi dan elektrofisiologi di Manipal Hospitals Dr Sandesh Prabhu mengatakan saat ini banyak orang muda yang menjalani pekerjaan dengan tekanan yang tinggi dan sangat stres.
Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan jam kerja yang panjang, tak ada keseimbangan kehidupan pekerjaan dan pribadi, hingga kurangnya aktivitas fisik. Pandemi Covid-19 juga turut berkontribusi pada semakin besarnya stres yang dialami oleh banyak generasi muda.
Riwayat keluarga juga berperan penting. Bila ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi, penyakit jantung, atau diabetes, risiko serangan jantung perlu diwaspadai. Orang berusia muda yang memiliki riwayat keluarga seperti ini sebaiknya menjalani skrining medis lebih dini. Bagi yang memiliki riwayat keluarga seperti ini, sikrining kesehatan sebaiknya dilakukan satu kali setiap dua tahun mulai dari usia 35 tahun.
Ada beberapa hal yang dapat memabntu mencegah serangan jantung. Salah satu di antaranya adalah melakukan aktivitas fisik selama 30 menit per hari, seperti jogging, berjalan kaki, atau kardio lain.
Jauhi pula beragam kebiasaan buruk seperti merokok dan pola makan yang kurang sehat. Perbanyak konsumsi makanan kaya serat, kelola stres, dan jaga berat badan yang sehat.
Dr Prabhu juga mengatakan banyak generasi muda yang merasa dirinya sehat. Oleh karena itu, bila mengalami nyeri dada atau nyeri di perut bagian atas, mereka tak langsung berpikir ke arah serangan jantung.
"Lebih baik (mengira serangan jantung) kemudian membuktikan bahwa itu bukan," ujar Dr Prabhu, seperti dilansir The News Minute, Rabu (8/9).
Beberapa gejala serangan jantung yang patut diwaspadai adalah nyeri dada yang terjadi tiba-tiba dan biasanya menjalar ke lengan kiri, kesulitan bernapas, dan tiba-tiba merasa cepat lelah. Gejala baru yang muncul pada penderita hipertensi dan diabetes juga perlu diwaspadai.