Selasa 07 Sep 2021 06:05 WIB

Susah Punya Anak Kedua? Mungkin Ini Penyebabnya

Sebagian pasangan terkadang dihadapkan pada kesulitan untuk menambah anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Sebagian pasangan terkadang dihadapkan pada kesulitan untuk menambah anak.
Foto: Pixabay
Sebagian pasangan terkadang dihadapkan pada kesulitan untuk menambah anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memiliki anak lebih dari satu seringkali menjadi impian bagi banyak pasangan suami istri. Akan tetapi, sebagian pasangan terkadang dihadapkan pada kesulitan untuk menambah anak. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh infertilitas sekunder.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan infertilitas sebagai kegagalan pasangan suami istri untuk hamil setelah satu tahun berhubungan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi. Definisi ini juga berlaku pada infertilitas sekunder, tetapi d, pasangan suami istri sudah memiliki anak sebelumnya.

Baca Juga

Sebanyak 10-15 persen pasangan suami istri diketahui mengalami masalah infertilitas. Dari kelompok ini, sepertiga di antaranya mengalami infertilitas sekunder.

Banyak orang berpikir bahwa riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dapat membuat peluang kehamilan selanjutnya menjadi lebih besar. Padahal kenyataannya tidak selalu demikian.

Kesulitan untuk menambah anak pada pasangan suami istri bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari usia, kualitas sel telur, hingga kualitas sperma. Dengan kata lain, faktor penyebab infertilitas sekunder bisa berasal dari pihak perempuan, laki-laki, maupun kombinasi keduanya.

Menurut Barbara (1990) penyebab paling sering dari infertilitas sekunder adalah infeksi. Hal ini didukung oleh penelitian Momtaz dkk (2011) mengenai adanya hubungan bermakna antara infertilitas sekunder dengan riwayat buruk kehamilan sebelumnya, persalinan dengan operasi sesar, dan peningkatan indeks massa tubuh (IMT).

"Wanita dengan infertilitas sekunder juga diketahui empat kali lebih sering mengalami masalah kandungan (ginekologi)," jelas Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi

RS Pondok Indah IVF Centre dr Upik Anggraheni SpOG-KFER, melalui surel yang diterima republika.co.id, Senin (6/9).

Terkait dengan IMT, perempuan dengan IMT di atas 25 cenderung lebih sering mengalami infertilitas dibandingkan dengan perempuan yang memiliki berat badan ideal. Hal ini berkaitan dengan gangguan ovulasi seperti PCOS yang sering terjadi pada perempuan gemuk.

IMT yang lebih tinggi pada laki-laki juga turut berkontribusi pada gangguan kesuburan. Laki-laki gemuk lebih sering mengalami gangguan kesuburan yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan suhu akibat penumpukan lemak di sekitar kemaluan.

"Namun demikian, penyebab terbanyak infertilitas sekunder pada pria adalah varikokel (pembesaran pembuluh darah di dalam skrotum)," pungkas dr Upik.

Ada beberapa terapi dan pengobatan yang bisa diberikan untuk kasus infertilitas sekunder. Terapi dan pengobatan itu meliputi

analisis lengkap riwayat medis pasangan, identifikasi risiko terkait kesuburan (frekuensi berhubungan seksual, paparan asap rokok, polusi, alkohol, kafein, dan gaya hidup), pemeriksaan fisik pasangan, evaluasi ovulasi, USG transvaginal, dan histerosalpingografi (HSG) pada perempuan, serta analisis sperma pada laki-laki.

Analisis sperma merupakan hal yang wajib dilakukan oleh pihak laki-laki untuk menentukan pilihan terapi selanjutnya. Hasil analisis sperma ini mencakup volume, konsentrasi sperma, pergerakan, dan bentuk sperma. Umumnya, hasil analisis sperma berlaku untuk tiga bulan karena berkaitan dengan spermatogenesis yang terjadi setiap 90 hari.

"Dari hasil tersebut, dapat diketahui jumlah total sperma yang bergerak untuk menentukan kelayakan sperma membuahi sel telur secara alami," ujar dr Upik.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi akan menentukan terapi bagi pasangan dengan masalah infertilitas sekunder setelah dokter mengetahui penyebab masalah tersebut. Dokter juga dapat memberikan penilaian terkait peluang kehamilan dari setiap pilihan yang ada, baik program alami atau sanggama terencana, inseminasi intrauterine, atau bayi tabung (IVF).

Menurut dr Upik, pasangan suami istri sebaiknya tidak ragu untuk mengecek kondisi masing-masing sebelum merencanakan kehamilan anak kedua. Alasannya, perubahan gaya hidup, pertambahan usia, riwayat penyakit, hingga tindakan bedah di daerah kandungan bisa mempengaruhi kesuburan pasangan suami istri.

"Perencanaan dan persiapan yang matang dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan terjadinya kehamilan," papar dr Upik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement