Kamis 26 Aug 2021 20:33 WIB

Alasan Film Lord of the Rings Versi 1970-an Kurang Dikenal

Film yang meraup pendapatan 33 juta dolar AS ini tidak diterima dengan baik.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Film Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring.
Foto: New Line Cinema
Film Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Film Lord of the Rings yang banyak diketahui penonton adalah karya Peter Jackson. Namun tahukah Anda sebenarnya film ini sudah ada sejak 1970-an. Saat itu, Lord of the Rings merupakan adaptasi animasi yang dirilis pada 1978 karya sutradara Ralph Bakshi, serta penulis skenario Peter S Beagle dan Chris Conkling.

Para karakter film yakni Hobbit Frodo, Sam, Pippin, dan Merry memulai pencarian berbahaya untuk menghancurkan Satu Cincin tiruan Pangeran Kegelapan Sauron, yang akhirnya mendapat bantuan dari Aragorn, Boromir, elf Legolas, Gimli kurcaci, dan penyihir Gandalf. Film ini menampilkan suara William Squire, John Hurt, Anthony Daniels, dan Michael Graham Cox. Meskipun sukses secara finansial, meraup 33 juta dolar AS (sekitar Rp 475 miliar) dengan anggaran 4 juta dolar AS (sekitar Rp 57 miliar), film ini tidak diterima dengan baik, terutama karena secara khusus berakhir setelah Battle of Helm's Deep, tidak pernah menceritakan sisa cerita.

Dilansir Screen Rant pada Kamis (26/8), sebuah video esai dari saluran Youtube Folding Ideas membedah film Lord of the Rings Bakshi tahun 1978. Dalam video tersebut, Youtuber Dan Olson memulai dengan mengucapkan ulang tahun ke-20 untuk film Lord of the Rings karya Peter Jackson pada Desember ini. Dia menyelami perbandingan mendalam antara triloginya dan film animasi Bakshi.

Analisis Olson juga menyebutkan bagaimana adaptasi Bakshi adalah versi pertama dari The Lord of the Rings yang disuguhkan kepada penonton. Sementara video berfokus pada Lord of the Rings karya Bakshi, esai ini juga membahas filmografi, yang sebagian besar terdiri dari film animasi berperingkat R dan NC-17 yang membahas topik seperti rasisme dan penyalahgunaan narkoba, dan bagaimana hal itu memengaruhi adaptasinya terhadap Lord of the Rings, yang merupakan sekuel dari buku anak-anak, The Hobbit.

Secara keseluruhan, video menunjukkan kekuatan dan kelemahan adaptasi Bakshi dengan sangat baik. Film ini ambisius untuk suatu kesalahan, karena mencoba menjejalkan dua buku menjadi satu film. Film versi lawas memangkas sebagian besar pekerjaan Tolkien, seperti urutan Tom Bombadil. Meskipun banyak keraguan, Lord of the Rings karya Bakshi merupakan batu loncatan penting menuju IP menjadi raksasa budaya pop yang dikenal seperti sekarang ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement