Rabu 04 Aug 2021 22:20 WIB

Studi: 89 Persen Kasus Kanker Payudara Wanita Bukan Turunan

Kanker payudara kini menjadi yang paling umum di seluruh dunia pada 2021.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Kanker payudara kini menjadi yang paling umum di seluruh dunia pada 2021.
Foto: Pikrepo
Kanker payudara kini menjadi yang paling umum di seluruh dunia pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut WHO, kanker payudara sekarang dianggap sebagai jenis kanker yang paling umum di seluruh dunia pada 2021. Kanker ini menyumbang 12 persen dari semua kasus kanker baru, atau 30 persen dari semua kasus kanker di antara wanita.

Berdasarkan studi, satu dari delapan wanita mengalami kanker payudara selama hidup mereka. Meski angka menunjukkan fakta demikian, ada kabar baik.

Baca Juga

Dengan deteksi dini dan intervensi, banyak pasien menerima prognosis kanker payudara yang menjanjikan. Semakin banyak pula dari mereka menyadari penyakitnya, semakin baik peluang untuk menyembuhkan kanker sebelum menyebar.

Adanya peningkatan kesadaran umum seputar kanker payudara membuat banyak wanita memilih untuk menjalani tes BRCA, yakni sejenis tes darah yang mengidentifikasi mutasi genetik penyebab kanker payudara. Faktanya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine menemukan, antara 2004-2014 tingkat pengujian melesat di antara wanita tanpa riwayat.

Angka ini diketahui sebelumnya berjumlah 24,3 persen menjadi 61,5 persen. Para ahli menyebut peningkatan itu sebagai hal baru pada kanker payudara dan ovarium.

Namun, penelitian menunjukkan, hanya 10 persen pasien kanker payudara yang memiliki riwayat keluarga. Sementara hampir 90 persen tidak memilikinya.

"Riwayat keluarga meningkatkan risiko meskipun tidak sebanyak yang diyakini beberapa wanita," jelas laporan pada 2005 berjudul "Saving Women's Lives: Strategies for Improving Breast Cancer Detection and Diagnosis", dilansir dari bestlife, Rabu (4/8).

"Ada 89 persen wanita yang menderita kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga di antara kerabat tingkat pertama mereka, seperti ibu, anak perempuan, atau saudara perempuan," tulis laporan itu.

Menyelesaikan tes BRCA tentu bagus mengingat risiko kanker payudara berlipat ganda pada mereka yang membawa mutasi genetik tertentu. Namun, melihat adanya 89 persen pasien kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga, maka masih perlu melakukan pemeriksaan rutin terlepas dari apa yang dikatakan tes BRCA.

Menurut American Cancer Society (ACS), wanita tanpa riwayat keluarga kanker payudara harus mulai menerima mammogram antara usia 40 hingga 44. Di usia 45 hingga 54, semua wanita harus melakukan mammogram setiap tahun. Sementara, setelah usia 55 tahun, wanita bisa diskrining setiap dua tahun, dan ini harus berlanjut selama pasien diharapkan hidup 10 tahun atau lebih.

Wanita yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara harus menjalani pemeriksaan pada waktu yang sedikit berbeda. Para ahli mengatakan, ini akan tergantung pada rincian kesehatan pribadi dan riwayat keluarga.

"Jika memiliki ibu, anak perempuan, atau saudara perempuan yang menderita kanker payudara di bawah usia 50 tahun, maka harus mempertimbangkan beberapa bentuk pencitraan payudara diagnostik reguler, dimulai 10 tahun sebelum usia diagnosis kerabat Anda," jelas National Breast Cancer Foundation.

Mengetahui tanda-tanda kanker payudara juga bisa mengarah pada deteksi dini. The American Cancer Society menjelaskan, gejala paling umum dari kanker payudara adalah benjolan atau massa baru, dan ini paling sering tidak nyeri dan keras dengan tepi tidak beraturan.

ACS juga menyarankan untuk memperhatikan gejala-gejala, seperti pembengkakan, lesung pipit kulit, nyeri pada puting susu, penebalan jaringan payudara, ketidakteraturan puting termasuk kemerahan atau keluarnya cairan, atau pembengkakan kelenjar getah bening. Jika melihat gejala itu atau perubahan lain yang berkaitan dengan payudara, bicarakan dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan profesional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement