Selasa 20 Jul 2021 23:35 WIB

Guru Besar FKUI: Vaksinasi Cegah Infeksi yang Belum Ada Obat

Cara vaksin bekerja dengan memasukkan sedikit sel asing agar sel imun mengenali.

Guru Besar FKUI: Vaksinasi Cegah Infeksi yang Belum Ada Obat. Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada mahasiswa di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (19/7/2021). Pelaksanaan vaksinasi yang dilaksanakan Polda Sulawesi Selatan dengan sasaran target sebanyak 700 mahasiswa dan 300 pelajar tersebut sebagai upaya percepatan vaksinasi nasional menuju Indonesia sehat bebas COVID-19.
Foto:

Yang pertama bergantung dari derajat infeksi. Disamping itu jenis dan jumlah virus yang menginfeksi serta tingkat ketangguhan sel imun akan menentukan respons orang terhadap infeksi virus. "Infeksi virus HIV misalnya, merupakan infeksi virus yang sangat berbahaya, karena virus HIV akan merusak sel imun tubuh manusia sehingga pertahanan tubuh menjadi lumpuh total. Bisa dibayangkan seorang penderita AIDS bisa wafat hanya karena terinfeksi tuberkulosis. Hal ini karena pasien AIDS telah kehilangan 100 persen daya tahan tubuhnya," kata Prof. Budi.

Infeks virus lain yang bisa kita lihat misalnya infeksi virus HPV atau human papilloma virus sebagai penyebab kanker mulut rahim. Virus HPV ini akan mengelabui sel imun yang ada di mulut rahim perempuan.

Dengan 'menggunakan KTP palsu,' virus HPV akan terus merusak mulut rahim seorang perempuan sehingga bisa menjadi kanker tanpa sel imun tubuh perempuan tersebut menyadarinya. Bila seseorang terinfeksi virus Sarscov-2 maka prinsipnya sama.

Sel imun orang yang terinfeksi akan segera bereaksi dan memanggil pasukannya untuk membunuh virus tersebut. Sebagian besar akan sukses dan berhasil sehingga tidak bergejala atau hanya bergejala ringan saja.

Sebagian kecil tidak berhasil karena virus Sarscov-2 berhasil 'mengecoh sel imun' orang yang terinfeksi sehingga jatuh dalam kondisi berat. Pada kondisi berat, virus terus merusak sel yang diserangnya, terutama adalah sel paru-paru sehingga mengakibatkan orang kehabisan oksigen.

Respons sel perantara yang berlebihan (padahal bertujuan memanggil bala bantuan) ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Reaksi ini disebut sebagai 'badai sitokin' yang justru bisa merusak semua organ tubuh manusia.

"Oleh karena itu upaya kita dalam menghadapi pasien yang terinfeksi Covid-19 adalah berupaya mencegah agar penyakit tidak jatuh dalam kondisi berat. Berbagai suplemen vitamin, mikro nutrien, dan zinc diberikan untuk bisa mengaktifkan sel imun kita agar jangan dibohongi oleh Sarscov-2. Pada kasus derajat sedang, pemberian anti virus dilakukan untuk mencegah supaya virus ini tidak terus membelah dan memperbanyak dirinya di dalam tubuh," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement