Sementara itu, penelitian di Inggris mengungkap bahwa varian delta membuat gejala Covid-19 berbeda daripada infeksi yang dipicu oleh jenis SARS-CoV-2 awal. Dr Yildirim menyebut, sepertinya batuk dan kehilangan penciuman kini menjadi kurang umum.
"Sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam muncul sebagai gejala paling umum berdasarkan survei terbaru di Inggris, di mana lebih dari 90 persen kasus disebabkan oleh strain delta," ujar Dr Yildrim.
Layanan Kesehatan Nasional Britania Raya (NHS) semula hanya mencatat gejala batuk, demam, atau kehilangan indra penciuman. Pada Juni lalu, Prof Tim Spector, sosok di balik aplikasi ZOE Covid Symptom Study, menyerukan agar daftar itu diubah karena lima gejala teratas sejak merebaknya varian delta mencakup sakit kepala, ingusan, sakit tenggorokan, bersin, dan batuk berkepanjangan.
Prof Spector menyebut, orang yang berusia di bawah 40 tahun harus mewaspadai gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek. Sementara itu, orang yang berusia di atas 40 tahun, tanda-tanda utamanya adalah sakit kepala, pilek, dan bersin.
Nilai CT (cycle threshold) yang rendah tak tertera sebagai bagian dari gejala varian delta. Sementara itu, pekan lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya memakai hasil CT value dari swab PCR (polymerase chain reaction) pasien Covid-19 sebagai acuan mendeteksi penyebaran varian delta di suatu daerah.
Lebih lanjut, salah satu ilmuwan dari University College London (UCL), Alex Crozier, mengatakan bahwa banyak orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 saat ini mengalami gejala yang lebih ringan, terasa hanya seperti pilek yang berat. Mereka berasal dari kalangan anak-anak, dewasa muda, dan juga orang yang sudah mendapatkan satu dosis vaksinasi.
Departemen Kesehatan Australia mengingatkan, varian delta dapat menular melalui kontak sekejap dengan orang yang terinfeksi. Para ahli telah menyatakan Covid 19 dapat menular setelah 15 menit kontak dekat dengan individu yang terinfeksi, tapi varian baru ini tampaknya berbeda.
Kapan gejala mulai terasa?