REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti Imperial College London mengaku telah mendeteksi ketidakteraturan dalam darah pasien Covid-19 berkepanjangan. Mereka menemukan pola antibodi jahat dalam darah sejumlah kecil orang dengan Covid panjang.
Mereka berharap suatu hari nanti bisa membuka jalan untuk tes kondisi tersebut. Penelitian juga diharapkan dapat mengarah pada tes darah sederhana dalam waktu enam hingga 18 bulan.
"Mungkin ada sejumlah hal berbeda yang terjadi setelah infeksi Covid-19 dan respons autoimun telah menjadi salah satu mekanisme yang dicurigai," kata Peneliti dari National Institute of Health Research, Dr Elaine Maxwell seperti diwartakan BBC, Senin (12/7).
Tetapi dia memperingatkan bahwa Covid-19 berkepanjangan adalah kondisi yang kompleks. Dia mengatakan, penting untuk terus meneliti faktor-faktor penyebab lainnya sehingga semua jenis sindrom pascaCovid dapat didiagnosis dan diobati.
Dia mengakui bahwa Covid panjang belum sepenuhnya dipahami. Gejala yang timbul juga dapat mencakup berbagai gejala yang berlangsung lama setelah infeksi awal termasuk kelelahan, sesak napas, sakit kepala dan nyeri otot.
Prof Danny Altmann, yang memimpin tim peneliti di Imperial mengaku optimis dengan pekerjaan itu yang akan mengarah pada tes yang bisa dilakukan dalam operasi dokter. Tetapi dia khawatir rencana pemerintah Inggris untuk melonggarkan lockdown dapat memicu gelombang kasus lanjutan.
Pemerintah berencana untuk mengakhiri sebagian besar daerah yang diisolasi akibat paparan virus Corona. Finalisasi rencana tersebut akan dipublikasikan pada 19 Juli nanti.
Tetapi di tengah meningkatnya kasus, Prof Altmann memperingatkan bahwa belum diketahui apakah vaksinasi akan melindungi orang dari gejala jangka panjang. Dia mengatakan, jika tingkat infeksi mencapai fase 100.000 kasus per hari maka kemungkinan dapat dikatakan bahwa 10 hingga 20 persen dari semua infeksi dapat mengakibatkan Covid yang lama.
"Saya tidak dapat melihat kepastian bahwa kita tidak membuat kasus Covid yang panjang itu. Meskipun memiliki populasi yang divaksinasi," katanya.