REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi dampak negatif vaksin Covid-19 pada kesuburan pria menjadi salah satu alasan sebagian orang khawatir menjalani vaksinasi. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal JAMA, vaksin Pfizer dan Moderna tidak membahayakan kesuburan pria.
Penelitian melibatkan 45 sukarelawan pria sehat berusia 18 hingga 50 tahun. Mereka menemukan bahwa kondisi sperma pada peserta tetap pada tingkat yang sehat setelah mendapat dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Studi oleh University of Miami di AS ini diharapkan membawa kejelasan dan membujuk para pria agar mau divaksinasi. "Salah satu alasan keraguan vaksin adalah potensi efek negatif pada kesuburan," kata penulis studi dari University of Miami di AS, seperti dilansir di laman First Post, Rabu (30/6).
"Karena toksisitas reproduksi tidak dievaluasi dalam uji klinis, dan SARS-CoV-2 telah dikaitkan dengan penurunan parameter sperma, kami menilai parameter sperma sebelum dan sesudah pemberian vaksin mRNA," kata peneliti.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Reproduction pada Januari 2021, para peneliti mengatakan Covid-19 dapat menyebabkan peningkatan kematian sel sperma, peradangan, dan apa yang disebut stres oksidatif. "Temuan ini memberikan bukti eksperimental langsung pertama bahwa sistem reproduksi pria dapat ditargetkan dan dirusak oleh Covid-19," para penulis kala itu menyimpulkan.
Para ahli yang mengomentari penelitian tersebut, bagaimanapun, mengatakan kapasitas virus untuk mengganggu kesuburan pada pria masih belum terbukti.
Sebelumnya, pada 2020, sebuah studi baru di China menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat mempengaruhi proses spermatogenesis (pembentukan sperma) dan menyebabkan jumlah sperma yang rendah. Temuan penelitian ini diterbitkan dalam jurnal akses terbuka EClinical Medicine dan juga diterbitkan oleh jurnal The Lancet. Namun, dampak potensial vaksin Covid-19 pada kesuburan pria bukan bagian dari penelitian ini.
Bagaimana studi University of Miami dilakukan?
Para peserta diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan mereka tidak memiliki masalah kesuburan yang mendasarinya. Mereka yang memiliki gejala Covid-19 atau hasil tes positif dalam 90 hari dikeluarkan dari penelitian ini.
Para pria memberikan sampel air mani setelah dua sampai tujuh hari, sebelum menerima dosis vaksin pertama dan sekitar 70 hari setelah suntikan kedua. Analisis air mani dilakukan oleh ahli andrologi terlatih sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), termasuk volume air mani, konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan jumlah sperma total motil (TMSC).
Dalam studi parameter sperma sebelum dan sesudah dua dosis vaksin mRNA Covid-19, tidak ada penurunan signifikan dalam parameter sperma di antara kelompok kecil pria sehat ini. Konsentrasi sperma dan jumlah sperma motil total pada awal penelitian masing-masing adalah 26 juta/mililiter (mL) dan 36 juta. Setelah dosis vaksin kedua, konsentrasi sperma rata-rata meningkat secara signifikan menjadi 30 juta/mL dan median TMSC menjadi 44 juta.
"Volume air mani dan motilitas sperma juga meningkat secara signifikan," kata para peneliti.
Keterbatasan penelitian ini adalah sedikitnya jumlah laki-laki yang terdaftar, tindak lanjut yang singkat, dan kurangnya kelompok kontrol.
Para peneliti juga mencatat sementara analisis air mani adalah dasar dari evaluasi kesuburan pria, itu adalah prediktor potensi kesuburan yang tidak sempurna.