Sabtu 26 Jun 2021 20:35 WIB

Mengenal Gejala Alergi Susu Sapi pada Anak

Orang tua harus kenali sedini mungkin potensi alergi anak.

Anak minum susu (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Anak minum susu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prof Budi Setiabudiawan, dokter anak konsultan alergi imunologi sekaligus Guru Besar Universitas Padjadjaran, mengatakan ada tiga gejala yang dapat dikenali saat anak mengalami alergi susu sapi atau protein sapi. Protein sapi merupakan penyebab alergi terbesar kedua di Asia setelah telur.

Di Indonesia anak-anak yang menderita alergi susu sapi mencapai 0,5-7,5 persen, sedangkan di dunia mencapai 1,9-4,9 persen. Anak yang mengalami alergi harus ditangani sedini mungkin agar dapat diberikan pengobatan yang optimal sehingga tidak menghambat tumbuh kembangnya.

Baca Juga

"Yang harus dilakukan orang tua adalah mengenali sedini mungkin untuk mendeteksi apakah anak ini alergi atau bukan. Kalau sudah mengenali sedini mungkin, berarti harus segera dikonsultasikan ke dokter agar anak dapat tumbuh kembang yang optimal," kata Prof Budi, Sabtu (26/6).

Prof Budi menyebutkan, ada tiga gejala yang muncul saat anak mengalami alergi yakni ringan, sedang dan berat. Alergi juga dapat mengenai tiga organ tubuh seperti pencernaan, pernapasan dan kulit.

Untuk organ pencernaan, gejala alergi yang muncul seperti kolik, muntah dan paling banyak adalah diare atau dialami oleh 53 persen anak yang menderita alergi susu sapi. Pada organ pernapasan, gejala alergi yang muncul seperti batuk-batuk, asma atau rhinitis.

Sedangkan pada organ kulit, biasanya muncul ruam, gatal atau eksim. "Untuk gejala pernapasan perlu dilihat, anak ini batuknya sepanjang hari atau di pagi-malam saja. Kalau ada panas, berarti dia infeksi bukan alergi," ujar Prof Budi.

"Terus perhatikan bagaimana ingusnya, dia bening atau berlendir. Yang paling penting harus ke dokter, jangan diagnosa sendiri, kalau kita tahu pemicunya kita jadi bisa mengendalikan supaya tumbuh kembangnya optimal," lanjut Prof Budi.

Ia mengatakan penting bagi orang tua untuk mendeteksi dan memahami sedini mungkin gejala dari alergi untuk dapat memastikan pemicunya sehingga dapat dilakukan tata laksana yang optimal. "Kalau sudah ditangani anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, mengembangkan hobi dan bakat sehingga anak berprestasi dan yang paling penting jangan sampai alergi ini muncul, caranya dengan melakukan pencegahan," kata Prof Budi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement