Di lain sisi, duduk tegak menunjukkan orang tersebut ada dalam situasi yang tidak mengancam. Awad menyampaikan bahwa gagasan 'umpan balik tubuh' semula berasal dari abad ke-19 bahwa sesungguhnya bukan perasaan yang memengaruhi tindakan fisik.
Justru sebaliknya, tindakan fisik yang berpengaruh pada perasaan. Misalnya, seseorang tidak tersenyum karena merasa bahagia, tetapi seseorang bisa merasa bahagia karena tersenyum. Hal serupa juga terungkap dalam studi lain di Selandia Baru.
Tahun lalu, Elizabeth Broadbent dari University of Auckland yang menggagas studi sampai pada kesimpulan senada. Dia menemukan bahwa berjalan dengan kepala tegak, melihat lurus ke depan, dan mengayunkan lengan memiliki hasil yang lebih positif untuk suasana hati.
"Ketika orang berjalan dengan kepala dimiringkan ke bawah, melihat ke bawah, atau menjaga lengan tetap statis, itu dapat memengaruhi perasaan secara negatif," ungkapnya, dikutip dari laman Daily Mail, Senin (21/6).